Surabaya Terus Bergerak Dengan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa.
15 December 2023 | 76 kali
Fitur By : Nanang Purwono
Omahaksara.id: Surabaya (15/12/23) – ꦧꦠꦶꦏ꧀ Batik dan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa adalah representasi tradisi Jawa. Sementara Kota Surabaya adalah representasi modernisasi. Keduanya adalah kutub yang berbeda alam dan sifat. Jika dua kutub ini bisa bertemu dan bersatu dalam berbagai karya, maka disana ada upaya ꦧꦼꦫꦤꦶ berani dalam mempertemukannya.
Kota Surabaya telah menunjukkan keberanian itu. Di bawah komando ꦄꦼꦫꦶꦕꦲꦾꦣꦶ Eri Cahyadi sebagai Walikota Surabaya, Aksara Jawa itu hadir di belantara modernisasi kota Surabaya. Kehadirannya bahkan mengagetkan berbagai pihak baik dari dalam kota maupun luar kota. Mereka seolah tidak percaya, kota semaju dan semodern itu dapat menghadirka nꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa yang telah dilupakan oleh banyak kalangan.
Tapi nyatanya Aksara Jawa bisa bersemi kembali bagai bunga ꦠꦧꦸꦧꦸꦪ tabubuya yang bertaburan di mana mana di kota Surabaya. Tumbuhnya bunga ꦠꦧꦸꦧꦸꦪ tabubuya ini perlu senantiasa dipupuk agar memberi keindahan alami di jalanan kota Surabaya.
Pun demikian dengan Aksara Jawa, yang sudah mulai kelihatan di gedung gedung ꦥꦼꦂꦏꦤ꧀ꦠꦺꦴꦫꦤ꧀ perkantoran Pemerintah Kota Surabaya. Aksara Jawa yang berfungsi sebagai penghias gedung gedung ini, menurut catatan Unicord masih berada pada tabel 7 yang artinya masih limited used, masih sekedar hiasan.
Harapannya ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa ini bisa naik level ke tabel 5 menjadi recommended use, yang artinya sudah menjadi dan digunakan dalam kebiasaan sehari hari. Karenanya perlu adanya upaya upaya nyata agar ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa dapat digunakan dalam keseharian yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Membatik dengan aksentuasi atau ꦩꦺꦴꦠꦶꦥ꦳꧀ motif Aksara Jawa bukan tidak mungkin bisa dilakukan di Surabaya. Memadukan Aksara Jawa dan Batik menjadi double impacts karena keduanya, batik dan aksara, adalah wujud jati diri bangsa. Ini bagus untuk menambah identitas baru di Surabaya.
Walikota Surabaya ꦄꦼꦫꦶꦕꦲꦾꦣꦶ Eri Cahyadi telah membuka gerbang bagi Aksara Jawa untuk masuk dan bersemi kembali di kota modern ini. Kini menjadi tanggung jawab kita, sebagai warga kota, untuk mendukung kebijakan walikota itu, sembari memupuk tumbuh kembangnya kembali tradisi leluhur ini.
Ada sekelompok masyarakat yang sudah menangkap kehadiran aksara Jawa sebagai sumber inspirasi dan kreativitas, yang berujung pada kesejahteraan ekonomi. Beberapa waktu lalu di aula sekolah SMK Sainstren Al Hasan di Jalan Karah, Jambangan Surabaya, dilakukan pelatihan membatik dengan motif Aksara Jawa. Batik bermotif Aksara Jawa ini dimaksudkan untuk melengkapi batik ꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Nusantara yang menjadi koleksi Museum Mini Nusantara yang berdiri di wilayah setempat.
Novita, penggerak sosial setempat, menginisiasi satu aktivitas berupa lomba mendesain batik dengan ꦩꦺꦴꦠꦶꦥ꦳꧀ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ motif Aksara Jawa. Kegiatan ini terbuka untuk umum yang bisa diikuti oleh kalangan pelajar, pengrajin dan umum di awal tahun 2024. Namun prosesnya sudah dirancang pada Desember 2023.
Kegiatan ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦠꦶꦏ꧀ membatik ini, baik yang sudah sudah selesai dilakukan maupun yang sedang dalam perencanaan, mendapat perhatian dari Tokoh Penggerak Budaya kota Surabaya A. Hermas Thony, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya.
Menurutnya sambutan masyarakat berupa kegiatan ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦠꦶꦏ꧀ membatik menjadi pelengkap pemasangan Aksara Jawa di gedung gedung perkantoran pemerintah kota Surabaya.
“Perlu ada kegiatan kegiatan yang bersifat edukatif, kreatif, inovatif dan ekonomis yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Ini menunjukkan betapa masyarakat ini jeli dalam melihat peluang kreativitas dan ꦈꦱꦲ usaha”, kata Thony di ruang kerjanya.
Siang itu, Kamis (14/12/23) Novita memang datang ke ruang kerja A Hermas Thony di jalan Yos Sudarso untuk bertukar pikiran dalam rangka turut mengembangkan Aksara Jawa melalui jalur ekonomi kreatif. (nng)