Melihat Bekas  ꦏꦺꦴꦠꦫꦗꦩꦗꦥꦲꦶꦠ꧀   Kota Raja Majapahit.

28 December 2023 | 74 kali
Sejarah By : Nanang Purwono

Omahaksara.id: Surabaya (28/12/23) – Belum lama, Supriadi pegiat budaya dari ꦣꦺꦱꦧꦼꦗꦶꦗꦺꦴꦁ desa Bejijong, Kabupaten Mojokerto dalam status facebook dan pesan singkatnya WA mempersoalkan pembangunan tembok di kawasan, yang menurutnya, masuk wilayah zona inti arkeologi.ꦠꦿꦺꦴꦮꦸꦭꦤ꧀ Trowulan, Kota Raja Majapahit. Namun menurut Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah  XI, kawasan itu tergolong zona penyangga.

Kolam Segaran Trowulan . Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Supriadi menyanggah argumentasi BPK XI dengan alasan bahwa pembangunan ꦥꦒꦂ pagar tembok dengan konstruksi batu bata itu berdekatan dengan zona inti. ꦏꦺꦴꦭꦩ꧀ꦱꦼꦒꦫꦤ꧀ Kolam Segaran.

“Kalau toh BPK XI mengklaim berstatus zona penyangga, tentunya rencana pengembangan di zona ini harus melewati kajian dan perizinan yang berlapis termasuk Amdal dampak cagar budaya dan yang terpenting mengantongi izin tertulis dari Kemendikbud Ristek”, papar Supriadi.

Ia khawatir jika pembangunan ini kelak akan mengganggu situs ꦄꦂꦏꦺꦪꦺꦴꦭꦺꦴꦒꦶ arkeologi di sekitarnya, seperti yang dikhawatirkan dengan rencana pembangunan pabrik  baja  di dekat Candi  ꦮꦿꦶꦔꦶꦤ꧀ꦭꦮꦁ  Wringin Lawang. 

“Pak, kasus pabrik baja dengan membuat pagar itu seperti apel dibandingkan dengan jeruk. Salah satu syarat membandingkan itu jenisnya sama. Kalau beda jenis tidak bisa dibandingkan”, sanggah Endah.

Apapun argumentasinya, keduanya ingin melestarikan peninggalan ꦩꦗꦥꦲꦶꦠ꧀ Majapahit. Lokasi yang mereka diskusikan adalah sebagian dari wilayah kota Raja Majapahit. Seperti apakah kota Raja Majapahit?

 

Gambaran Kota Raja Majapahit

Maclaine Pont (1924-1926), seorang arsitek Belanda, mencoba menghubungkan gambaran kota Majapahit yang tercatat dalam Nagarakretagama dengan peninggalan situs arkeologi di daerah ꦠꦿꦺꦴꦮꦸꦭꦤ꧀ Trowulan

Pondasi tembok Candi Bajang Ratu diekskavasi. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Hasilnya adalah sebuah sketsa tata kota ꦩꦗꦥꦲꦶꦠ꧀ Majapahit, setelah dipadukan dengan bangunan-bangunan purbakala yang terdapat di ꦱꦶꦠꦸꦱ꧀ꦠꦿꦺꦴꦮꦸꦭꦤ꧀ Situs Trowulan. Bentang kota Majapahit digambarkan dalam bentuk jaringan jalan dan tembok keliling yang membentuk blok-blok empat persegi (mediatataruang.com)

Sementara itu Tri Priyono Wijaya, pegiat sejarah klasik Surabaya menggambarkan kotaraja  ꦮꦶꦭ꧀ꦮꦠꦶꦏ꧀ꦠ Wilwatikta (Majapahit), berdasarkan sumber “Kakawin Nagarakrtagama ” atau disebut juga ꦣꦼꦱꦮꦂꦤꦤ “Desawarnana“.

Pada pupuh 8 – 12 Kakawin Nagarakretagama, sebagaimana diceritakan oleh ꦩ꧀ꦥꦸꦥꦿꦥꦚ꧀ꦕ Mpu Prapanca, bahwa gambaran kotaraja Majapahit adalah sebagai berikut.

Tembok Majapahit tinggi dan tebal. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Pada pupuh 8 disebutkan adanya sebuah keajaiban kota. Yaitu konstruksi ꦠꦺꦩ꧀ꦧꦺꦴꦏ꧀ꦧꦠ tembok bata merah. Tebal tinggi. Mengitari pura. Pintu barat bernama ꦥꦸꦫꦮꦏ꧀ꦠꦿ “Pura Waktra”. Menghadap ke lapangan luas bersabuk parit. Pohon ꦧꦿꦃꦩꦱ꧀ꦠꦤ “Brahmastana” berkaki bodi berjajar panjang rapi berbentuk aneka ragam. Disitulah tempat tunggu para “tanda” terus menerus meronda menjaga paseban.

Di sebelah utaranya berdir iꦒꦥꦸꦫꦥꦼꦂꦩꦻ gapura permai dengan pintu besi penuh berukir. Di sebelah Timur, ada panggung luhur, yang lantainya berlapis batu putih-putih mengkilat. Di bagian Utara, di sebelah pecan, ada sederetan rumah  yang memanjang jauh dan sangat indah. Di Selatan perempatan jalan ada balai prajurit, tempat pertemuan tiap ꦕꦻꦠꦿ “caitra“.

Kemudian Balai agung ꦩꦔꦸꦤ꧀ꦠꦸꦂ “Manguntur” dengan balai “Witana” di tengahnya menghadap padang “Watangan”, yang meluas ke empat arah : Bagian Utara ada paseban pujangga dan menteri. Bagian timur ada paseban pendeta siwa budha yang bertugas membahas upacara, pada masa  ꦒꦼꦂꦲꦤ   gerhana bulan palguna demi keselamatan seluruh dunia.

Di sebelah Timur ada ꦥꦲꦺꦴꦩꦤ꧀ “pahoman” berkelompok tiga-tiga mengitari kuil Siwa. Di Selatan ada tempat tinggal ꦮꦶꦥꦿ “Wipra” utama, tinggi bertingkat menghadap panggung korban. Berdiri tegak di halaman sebelah barat dan utara ada empat budha bersusun tiga. Puncaknya penuh berukir, berhamburan bunga waktu raja turun berkorban.

Di dalam, sebelah selatan ꦩꦔꦸꦤ꧀ꦠꦸꦂ Manguntur tersekat dengan pintu. Itulah paseban. Rumah bagus berjajar mengapit jalan ke Barat, di sela selanya ada pohon Tanjung berbunga lebat. Agak jauh di sebelah Barat Daya, ada panggung tempat berkeliaran para perwira. Tepat di tengah-tengah halaman, berdiri tegak ꦩꦤ꧀ꦝꦥ “Mandapa” yang penuh burung ramai berkicau.

Di dalam, di selatan ada lagi ꦥꦱꦺꦧꦤ꧀ paseban memanjang ke pintu keluar pura, yang kedua. Dibuat bertingkat-tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendiri. Semua Balai bertulang kuat bertingkat kokoh, papan rusuknya tiada tercela. Para ꦥꦿꦗꦸꦫꦶꦠ꧀ prajurit silih berganti dan bergiliran menjaga pintu sambil bercanda.

Masih ada pupuh pupuh lainnya yang menggambarkan situasi kota raja Majapahit. Dari gambaran satu pupuh saja, kelihatan ꦏꦼꦩꦼꦒꦲꦤ꧀ kemegahan kota raja Majapahit.

Candi Tikus. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Sekarang Majapahit telah sirna, seperti bunyi ꦕꦤ꧀ꦝꦿꦱꦼꦁꦏꦭ candrasengkala “Sirna Ilang Kertaning Bumi”.Kebesaran Kota Raja Majapahit itu tinggal serpihan arkeologi  yang sporadis. Misalnya ketika Rajapatni membuktikan itu dengan berkunjung ke ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦮꦿꦶꦔꦶꦤ꧀ꦭꦮꦁ꧈ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦧꦗꦁꦫꦠꦸꦣꦤ꧀ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦠꦶꦏꦸꦱ꧀ Candi Wringin Lawang, Candi Bajang Ratu dan Candi Tikus belum lama. (nanang PAR).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *