ꦱꦼꦕꦸꦮꦶꦭ꧀ꦌꦤꦺꦂꦓꦶꦕꦶꦤ꧀ꦠ
19 March 2024 | 720 kali
Cerpen By : Agus Budiono
꧁ꦱꦼꦕꦸꦮꦶꦭ꧀ꦌꦤꦺꦂꦓꦶꦕꦶꦤ꧀ꦠ꧂
SECUIL ENERGI CINTA
ꦏꦂꦪꦾ꧇ꦢꦾꦃꦏꦸꦤꦶꦪꦮꦠꦶ
Karya: Dyah Kurniawati
꧋ꦧꦺꦭ꧀ꦥꦸꦭꦁꦱꦼꦏꦺꦴꦭꦃꦧꦼꦂꦑꦸꦩꦟ꧀ꦝꦁ꧉ꦄꦏꦸꦄꦏ꦳ꦶꦫꦶꦥꦼꦭꦗꦫꦤ꧀ꦝꦼꦔꦤ꧀ꦩꦼꦔꦸꦕꦥ꧀ꦰꦭꦩ꧀꧉ꦠꦏ꧀ꦭꦸꦥꦩꦼꦔꦶꦔꦠ꧀ꦏꦤ꧀ꦄꦤꦏ꧀ꦄꦤꦏ꧀ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦒꦏꦼꦱꦺꦲꦠꦤ꧀ꦏꦉꦤꦱꦸꦝꦃꦩꦼꦩꦱꦸꦏꦶꦩꦸꦱꦶꦩ꧀ꦲꦸꦗꦤ꧀꧉ꦱꦼꦠꦼꦭꦃꦧꦼꦂꦞꦺꦴꦄꦧꦼꦂꦰꦩ꧈ꦩꦼꦫꦺꦏꦱꦭꦶꦩ꧀ꦥꦝꦏꦸꦝꦤ꧀ꦏꦼꦭꦸꦮꦂꦱꦠꦸꦥꦼꦂꦰꦠꦸ꧉ꦊꦒꦫꦱꦚꦥꦼꦏꦼꦂꦙꦄꦤ꧀ꦲꦫꦶꦅꦤꦶꦠꦼꦭꦃꦈꦱꦻ꧈ꦮꦏ꧀ꦠꦸꦚꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦥꦸꦭꦁꦩꦼꦔꦶꦱ꧀ꦠꦶꦫꦲꦠ꧀ꦏꦤꦿꦒ꧉ꦏꦼꦠꦶꦏꦩꦼꦩꦱꦸꦏ꧀ꦏꦤ꧀ꦭꦧ꧀ꦠꦺꦴꦥ꧀ꦝꦤ꧀ꦧꦸꦏꦸꦏꦼꦝꦭꦩ꧀ꦠꦱ꧀꧈ꦩꦠꦏꦸꦠꦼꦂꦡꦸꦗꦸꦥꦝꦱꦺꦴꦱꦺꦴꦏꦾꦁꦝꦸꦝꦸꦏ꧀ꦝꦶꦧꦔ꧀ꦏꦸꦥꦺꦴꦗꦺꦴꦏ꧀ꦧꦼꦭꦏꦁ꧉ꦏꦏꦶꦏꦸꦩꦼꦭꦔ꧀ꦏꦃꦩꦼꦟ꧀ꦝꦼꦏꦠꦶꦄꦤꦏꦾꦁꦩꦼꦤꦼꦭꦸꦔ꧀ꦏꦸꦥ꧀ꦏꦤ꧀ꦏꦼꦥꦭꦝꦶꦄꦠꦱ꧀ꦧꦔ꧀ꦏꦸ꧉ꦏꦸꦲꦩ꧀ꦥꦶꦫꦶꦏꦉꦤꦝꦶꦪꦩꦼꦤꦔꦶꦱ꧀ꦰꦼꦟ꧀ꦝꦶꦫꦶ꧉
Bel pulang sekolah berkumandang. Aku akhiri pelajaran dengan mengucap salam. Tak lupa mengingatkan anak-anak untuk menjaga kesehatan karena sudah memasuki musim hujan. Setelah berdoa bersama, mereka padaku dan keluar satu per satu. lega rasanya pekerjaan hari ini telah usai., waktunya untuk pulang mengistirahatkan raga. Ketika memasukkan labtop dan buku ke dalam tas, mataku tertuju pada sosok yang duduk di bangku pojok belakang. Kakiku melangkah mendekati anak yang menelungkupkan kepala di atas bangku. Kuhampiri karena dia menangis sendiri.
꧇ꦮꦶꦢꦸꦫꦶ꧈ꦏꦩꦸꦠꦏ꧀ꦥꦸꦭꦁ꧈ꦤꦏ꧀?꧇ꦠꦚꦏꦸꦱꦩ꧀ꦧꦶꦭ꧀ꦩꦼꦔꦼꦭꦸꦱꦿꦩ꧀ꦧꦸꦠ꧀ꦚꦊꦩ꧀ꦧꦸꦠ꧀꧉
“Widuri, kamu tak pulang, nak?” tanyaku sambil mengelus rambutnya lembut.
꧋ꦩꦏꦶꦤ꧀ꦠꦸꦩ꧀ꦥꦃꦍꦂꦩꦠꦚ꧉ꦏꦸꦧꦶꦪꦂꦑꦤ꧀ꦩꦼꦤꦸꦤ꧀ꦠꦰ꧀ꦏꦤ꧀ꦠꦔꦶꦱ꧀ꦚꦱꦩ꧀ꦥꦻꦠꦼꦤꦁꦝꦤ꧀ꦧꦼꦂꦲꦫꦥ꧀ꦧꦼꦂꦖꦼꦫꦶꦠꦝꦼꦔꦤ꧀ꦰꦼꦟ꧀ꦝꦶꦫꦶꦚ꧉ꦱꦩ꧀ꦧꦶꦭ꧀ꦩꦼꦔꦸꦱꦥ꧀ꦥꦸꦔ꧀ꦒꦸꦁꦒꦝꦶꦱ꧀ꦠꦸꦗꦸꦃꦠꦲꦸꦤ꧀ꦅꦠꦸꦩꦠꦏꦸꦩꦼꦚ꧀ꦕꦫꦶꦧꦺꦴꦠꦺꦴꦭ꧀ꦩꦶꦤꦸꦩ꧀ꦚ꧉ꦥꦼꦂꦭ꧀ꦭꦲꦤ꧀ꦏꦸꦄꦩ꧀ꦧꦶꦭ꧀ꦧꦺꦴꦠꦺꦴꦭ꧀ꦩꦶꦤꦸꦩ꧀ꦝꦶꦱꦶꦱꦶꦠꦱ꧀ꦩꦺꦫꦃ꧉ꦄꦏꦸꦝꦼꦏꦠ꧀ꦏꦤ꧀ꦈꦗꦸꦁꦧꦺꦴꦠꦺꦴꦭ꧀ꦏꦼꦧꦶꦧꦶꦂꦚꦧꦼꦂꦲꦫꦥ꧀ꦝꦶꦪꦏꦉꦤꦊꦭꦃꦩꦼꦤꦔꦶꦱ꧀꧉
Makin tumpah air matanya. Kubiarkan menuntaskan tangisnya sampai tenang dan berharap bercerita dengan sendirinya. Sambil mengusap punggung gadis tujuh tahun itu mataku mencari botol minumannya. Perlahan kuambil botol minum di sisi tas merah. Aku dekatkan ujung botol ke bibirnya berharap dia karena lelah menangis.
꧇ꦩꦶꦤꦸꦩ꧀ꦝꦸꦭꦸꦪꦴ꧈ꦤꦏ꧀꧉ꦧꦶꦪꦂꦱꦼꦒꦂꦭꦒꦶꦠꦸꦧꦸꦲ꧀ꦩꦸ꧉꧇
“Minum dulu ya, nak. Biar segar lagi tubuhmu.”
ꦠꦔꦤ꧀ꦚꦧꦼꦂꦓꦼꦫꦏ꧀ꦩꦼꦤꦼꦫꦶꦩꦝꦤ꧀ꦩꦼꦩꦶꦤꦸꦩ꧀ꦚꦠꦼꦂꦓꦼꦱ꧉ꦩꦸꦔ꧀ꦏꦶꦤ꧀ꦲꦈꦱ꧀ꦏꦉꦤꦕꦥꦺꦏ꧀ꦩꦼꦤꦔꦶꦱ꧀꧉
Tanganya bergerak menerima dan meminumnya tergesa. Mungkin haus karena capek menangis.
꧇ꦥꦼꦭꦤ꧀ꦥꦼꦭꦤ꧀ꦰꦗꦩꦶꦤꦸꦩ꧀ꦚ꧉꧇
“Pelan-pelan saja minumnya.”
ꦭꦶꦩꦠꦼꦒꦸꦏ꧀ꦩꦱꦸꦏ꧀ꦏꦼꦠꦸꦧꦸꦲ꧀ꦚ꧈ꦮꦗꦲ꧀ꦚꦱꦸꦝꦃꦄꦒꦏ꧀ꦕꦼꦫꦃ꧉
Lima teguk masuk ke tubuhnya, wajahnya sudah agak cerah.
꧇ꦄꦪꦺꦴꦥꦸꦭꦁ꧈ꦏꦩꦸꦝꦶꦗꦼꦩ꧀ꦥꦸꦠ꧀ꦰꦶꦪꦥ?꧇
“Ayo pulang, kamu dijemput siapa?”
꧇ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀꧈ꦧꦸ꧇
“Nenek, bu.”
꧇ꦤꦃꦏꦱꦶꦲꦤ꧀ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦏꦤ꧀ꦏꦭꦻꦴꦤꦸꦔ꧀ꦒꦸꦭꦩꦝꦶꦭꦸꦮꦫ꧀꧇
“Nah kasihan khan kalau nunggu lama di luar.”
꧇ꦄꦏꦸꦧꦺꦴꦱꦤ꧀ꦝꦶꦫꦸꦩꦃ꧈ꦔ꧀ꦒꦏ꧀ꦥꦺꦶꦔꦶꦤ꧀ꦥꦸꦭꦁ꧉ꦥꦺꦴꦏꦺꦴꦏ꧀ꦚꦄꦏꦸꦒꦏ꧀ꦩꦲꦸꦥꦸꦭꦁ꧇ꦗꦮꦧ꧀ꦚꦊꦱꦸꦱꦩ꧀ꦧꦶꦭ꧀ꦩꦼꦔ꧀ꦒꦺꦭꦺꦔ꧀ꦏꦤ꧀ꦏꦼꦥꦭ꧉
“Aku bosan di rumah, nggak pingin pulang. Pokoknya aku gak mau pulang,” jawabnya lesu sambil menggelengkan kepala.
꧇ꦭꦺꦴꦃꦏꦼꦤꦥ꧈ꦄꦥꦏꦩꦸꦔ꧀ꦒꦏ꧀ꦭꦥꦫ꧀?꧇
“Loh kenapa, apa kamu nggak lapar?”
꧇ꦩꦭꦱ꧀ꦩꦏꦤ꧀꧈ꦲꦸꦲꦸꦲꦸ꧇ꦝꦶꦪꦥꦸꦤ꧀ꦏꦼꦩ꧀ꦧꦭꦶꦠꦼꦂꦰꦼꦝꦸ꧉ꦄꦏꦸꦥꦼꦭꦸꦏ꧀ꦝꦶꦪꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦩꦼꦤꦼꦤꦔ꧀ꦏꦤ꧀ꦲꦠꦶꦚ꧉ꦮꦭꦻꦴꦄꦏꦸꦧꦼꦭꦸꦩ꧀ꦩꦼꦤꦶꦏꦃꦠꦥꦶꦱꦸꦝꦃꦧꦚꦏ꧀ꦧꦕꦩꦼꦔꦼꦤꦲꦶꦠꦺꦪꦺꦴꦫꦶꦩꦼꦤꦼꦤꦔ꧀ꦏꦤ꧀ꦄꦤꦏꦾꦁꦩꦼꦤꦔꦶꦱ꧀꧉
“Malas makan, hu hu hu,” diapun kembali tersedu. Aku peluk dia untuk membantu menenangkang hatinya. Walau aku belum menikah tapi sudah banyak baca mengenai teori menenangkan anak yang menangis.
꧇ꦄꦥꦄꦝꦪꦁꦩꦼꦚꦏꦶꦠꦶꦏꦩꦸ꧈ꦤꦏ꧀?꧇
“Apa ada yang menyakiti kamu, nak?”
ꦝꦶꦪꦩꦼꦔꦸꦱꦥ꧀ꦩꦠꦚ꧈
꧇ꦄꦏꦸꦏꦔꦼꦤ꧀ꦩꦩꦪꦁꦱꦸꦝꦃꦩꦼꦤꦶꦔ꧀ꦒꦭ꧀꧈ꦲꦸꦮꦴ꧈꧈꧈꧈꧇
Dia mengusap matanya, “Aku kangen mama yang sudah meninggal, hu wa…..”
ꦄꦏꦸꦠꦼꦂꦑꦼꦱꦶꦪꦥ꧀꧈ꦩꦼꦫꦶꦟ꧀ꦝꦶꦁꦱꦼꦏꦸꦗꦸꦂꦠꦸꦧꦸꦃ꧉
Aku terkesiap, merinding sekujur tubuh.
꧇ꦎꦃ꧈ꦩꦄꦥ꦳꧀ꦏꦤ꧀ꦅꦧꦸ꧈ꦪ꧉꧇
“Oh, maafkan ibu, ya.”
ꦱꦼꦗꦼꦤꦏ꧀ꦏꦩꦶꦭꦫꦸꦠ꧀ꦝꦭꦩ꧀ꦏꦼꦱꦼꦝꦶꦲꦤ꧀ꦰꦩ꧀ꦥꦻꦠꦏ꧀ꦩꦼꦚꦝꦫꦶꦄꦝꦪꦁꦝꦠꦁ꧉
Sejenak kami larut dalam kesedihan sampai tak menyadari ada yang datang.
꧇ꦄꦱ꧀ꦰꦭꦩꦸꦔ꦳ꦭꦻꦏꦸꦩ꧀꧇
“Assalamu’alaikum”
꧇ꦮꦔ꦳ꦭꦻꦏꦸꦩ꧀ꦰꦭꦩ꧀꧇
“Wa’alaikum salam”
ꦝꦶꦝꦼꦥꦤ꧀ꦥꦶꦤ꧀ꦠꦸꦏꦼꦭꦱ꧀ꦧꦼꦂꦞꦶꦫꦶꦅꦧꦸꦧꦼꦂꦈꦱꦶꦪ꧇꧖꧐꧇ꦄꦤ꧀ꦝꦶꦅꦏꦸꦠꦶꦊꦭꦏꦶꦱꦼꦈꦩꦸꦫꦤ꧀ꦄꦤꦏ꧀ꦚ꧉ꦄꦏꦸꦩꦼꦤꦸꦗꦸꦥꦶꦤ꧀ꦠꦸꦭꦪꦏ꧀ꦚꦩꦼꦤꦼꦫꦶꦩꦠꦩꦸꦮꦭꦻꦴꦥꦸꦤ꧀ꦅꦤꦶꦩꦱꦶꦃꦝꦶꦱꦼꦏꦺꦴꦭꦃ꧉
Di depan pintu kelas berdiri ibu berusia 65-an diikuti lelaki seumuran anaknya. Aku menuju pintu layaknya menerima tamu walaupun ini masih di sekolah.
꧇ꦅꦪ꧈ꦄꦝꦪꦁꦧꦶꦱꦱꦪꦧꦤ꧀ꦠꦸ?꧇
“Iya, ada yang bisa saya bantu?”
꧇ꦩꦄꦥ꦳꧀ꦧꦸꦒꦸꦫꦸ꧈ꦱꦪꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦮꦶꦢꦸꦫꦶ꧉ꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦄꦝ?꧇
“Maaf bu guru, saya nenek Widuri. Widuri ada?”
꧇ꦎꦃꦅꦠꦸꦄꦤꦏ꧀ꦚ꧉ꦲ꧀ꦭꦺꦴꦏꦺꦴꦏ꧀ꦒꦏ꧀ꦄꦝ?꧇ꦄꦏꦸꦩꦼꦭꦺꦴꦔꦺꦴꦠꦼꦂꦚꦠꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦱꦸꦝꦃꦠꦏ꧀ꦄꦝꦝꦶꦧꦔ꧀ꦏꦸꦚ꧉ꦲꦚꦠꦱ꧀ꦝꦤ꧀ꦧꦺꦴꦠꦺꦴꦭ꧀ꦩꦶꦤꦸꦩꦾꦁꦠꦸꦩ꧀ꦥꦃ꧉ꦏꦸꦭꦺꦴꦔꦺꦴꦏ꧀ꦧꦮꦃꦧꦔ꧀ꦏꦸꦝꦤ꧀ꦧꦼꦭꦏꦁꦊꦩꦫꦶꦠꦼꦂꦚꦠꦤꦶꦲꦶꦭ꧀꧉ꦄꦏꦸꦒꦫꦸꦏ꧀ꦏꦼꦥꦭꦪꦁꦠꦏ꧀ꦒꦠꦭ꧀꧉ꦩꦠꦏꦸꦠꦼꦂꦡꦸꦗꦸꦏꦼꦥꦶꦤ꧀ꦠꦸꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦱ꧀ꦏꦼꦭꦱ꧀ꦰꦼꦧꦼꦭꦃꦪꦁꦠꦼꦂꦨꦸꦏꦱꦼꦝꦶꦏꦶꦠ꧀꧈ꦱꦼꦥꦼꦂꦡꦶꦚꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦭꦺꦮꦠ꧀ꦥꦶꦤ꧀ꦠꦸꦅꦤꦶ꧉
“Oh itu anaknya. Hlo kok gak ada? Aku melongo ternyata Widuri sudah tak ada di bangkunya. Hanya tas dan botol minum yang tumpah. Kulongok bawah bangku dan belakang lemari ternyata nihil. Aku garuk kepala yang tak gatal. Mataku tertuju ke pintu tembus kelas sebelah yang terbuka sedikit, sepertinya Widuri lewat pintu ini.
꧇ꦕꦺꦴꦧꦏꦩꦸꦠꦸꦔ꧀ꦒꦸꦝꦶꦥꦶꦤ꧀ꦠꦸꦒꦼꦂꦨꦁ꧈ꦝꦶ꧈ꦧꦫꦔ꧀ꦏꦭꦶꦝꦶꦪꦭꦫꦶꦏꦼꦭꦸꦮꦂ꧇ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦩꦼꦚꦸꦫꦸꦃꦊꦭꦏꦶꦅꦠꦸ꧈ꦩꦸꦔ꧀ꦏꦶꦤ꧀ꦰꦺꦴꦥꦶꦂꦚ꧉
“Coba kamu tunggu di pintu gerbang, Di, barangkali dia lari ke luar,” nenek Widuri menyuruh lelaki itu, mungkin sopirnya.
꧋ꦄꦏꦸꦝꦤ꧀ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦧꦼꦂꦭ꧀ꦭꦫꦶꦏꦼꦏꦼꦭꦱ꧀ꦰꦩ꧀ꦥꦶꦁ꧈ꦠꦼꦂꦚꦠꦠꦶꦝꦏ꧀ꦏꦼꦠꦼꦩꦸ꧉ꦝꦶꦧꦤ꧀ꦠꦸꦒꦸꦫꦸꦭꦲꦶꦤ꧀ꦰꦼꦩꦸꦮꦩꦼꦔꦸꦧꦼꦏ꧀ꦰꦼꦠꦶꦪꦥ꧀ꦥꦺꦴꦗꦺꦴꦏ꧀ꦰꦼꦏꦺꦴꦭꦃ꧉ꦲꦩ꧀ꦥꦶꦂꦱꦼꦠꦼꦔꦃꦗꦩ꧀ꦏꦩꦶꦧꦼꦂꦨꦸꦫꦸꦩꦸꦫꦶꦢ꧀ꦲꦶꦭꦁ꧈ꦱꦶꦮꦶꦢꦸꦫꦶ꧉ꦄꦏ꦳ꦶꦂꦚꦥꦼꦚ꧀ꦗꦒꦱꦼꦏꦺꦴꦭꦃꦝꦠꦁꦩꦼꦔ꧀ꦒꦟ꧀ꦝꦺꦁꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦪꦁꦱꦼꦱꦼꦔ꧀ꦒꦸꦏꦤ꧀꧉ꦝꦶꦪꦝꦶꦠꦼꦩꦸꦏꦤ꧀ꦝꦶꦧꦮꦃꦠꦔ꧀ꦒꦩꦼꦫꦶꦔ꧀ꦏꦸꦏ꧀ꦝꦤ꧀ꦩꦼꦤꦔꦶꦱ꧀꧉ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦚꦩꦼꦟ꧀ꦝꦼꦏꦠꦶꦅꦔꦶꦤ꧀ꦩꦼꦔꦗꦏ꧀ꦥꦸꦭꦁꦤꦩꦸꦤ꧀ꦝꦶꦭꦸꦮꦂꦝꦸꦒꦄꦤ꧀ꦝꦶꦪꦩꦭꦃꦩꦼꦔ꧀ꦲꦩ꧀ꦧꦸꦂꦏꦼꦥꦼꦭꦸꦏ꧀ꦏꦸ꧈ꦠꦔꦶꦱ꧀ꦚꦠꦩ꧀ꦧꦃꦏꦼꦫꦱ꧀꧈
Aku dan nenek Widuri berlari ke kelas samping, ternyata tidak ketemu. Dibantu guru lain semua mengubek setiap pojok sekolah. Hampir setengah jam kami berburu murid hilang, si Widuri. Akhirnya penjaga sekolah datang menggandeng Widuri yang sesenggukan . Dia ditemukan di bawah tangga meringkuk dan menangis. Neneknya mendekati ingin mengajak pulang namun di luar dugaan dia malah menghambur ke pelukanku, tangisnya tambah keras.
꧇ꦄꦏꦸꦧꦼꦚ꧀ꦕꦶꦤꦺꦤꦺꦏ꧈ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦗꦲꦠ꧀꧈ꦲ꧀ꦮ꧈ꦲ꧀ꦮ꧈꧇
“Aku benci nenek, nenek jahat, hwa hwa”
ꦏꦸꦄꦼꦫꦠ꧀ꦏꦤ꧀ꦥꦼꦭꦸꦏꦤ꧀ꦏꦸ꧈ꦱꦩ꧀ꦧꦶꦭ꧀ꦏꦸꦧꦶꦱꦶꦏ꧀ꦏꦤ꧀꧈
꧇ꦥꦸꦭꦁꦏꦼꦫꦸꦩꦃꦅꦧꦸꦩꦲꦸ?꧇
Ku eratkan pelukanku, sambil kubisikkan, “Pulang ke rumah ibu mau?”
ꦠꦔꦶꦶꦱ꧀ꦚꦉꦝꦝꦤ꧀ꦝꦶꦪꦩꦼꦔꦔ꧀ꦒꦸꦏ꧀ꦥꦱ꧀ꦠꦶ꧈ꦠꦔꦤ꧀ꦚꦠꦏ꧀ꦩꦲꦸꦊꦥꦱ꧀ꦝꦫꦶꦒꦼꦔ꧀ꦒꦩꦤ꧀ꦏꦸ꧉
Tangisnya reda dan dia mengangguk pasti, tangannya tak mau lepas dari genggamanku.
꧋ꦱꦼꦠꦼꦭꦃꦤꦺꦒꦺꦴꦝꦼꦔꦤ꧀ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦝꦤ꧀ꦒꦸꦫꦸꦭꦲꦶꦤ꧀꧈ꦄꦏ꦳ꦶꦂꦚꦲꦫꦶꦅꦤꦶꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦥꦸꦭꦁꦏꦼꦫꦸꦩꦲ꧀ꦏꦸ꧉ꦱꦼꦧꦼꦭꦸꦩ꧀ꦚꦏꦸꦕꦠꦠ꧀ꦤꦺꦴꦩꦼꦂꦠꦼꦭꦺꦥꦺꦴꦤ꧀ꦝꦤ꧀ꦄꦭꦩꦠ꧀ꦏꦸ꧈ꦏꦸꦱꦼꦫꦲ꧀ꦏꦤ꧀ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀꧉ꦏꦼꦧꦼꦠꦸꦭꦤ꧀ꦄꦏꦸꦲꦚꦧꦼꦂꦞꦸꦮꦝꦼꦔꦤ꧀ꦅꦧꦸꦪꦁꦱꦸꦝꦃꦭꦩꦅꦔꦶꦤ꧀ꦩꦼꦤꦶꦩꦁꦕꦸꦕꦸ꧈ꦱꦼꦩꦺꦴꦒꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦧꦶꦱꦗꦝꦶꦲꦶꦧꦸꦫꦤ꧀ꦰꦼꦱꦄꦠ꧀꧉
Setelah nego dengan nenek dan guru lain, akhirnya hari ini Widuri pulang ke rumahku. Sebelumnya kucatat nomer telepon dan alamatku, kuserahkan nenek. Kebetulan aku hanya berdua dengan ibu yang sudah lama ingin menimang cucu, semoga Widuri bisa jadi hiburan sesaat.
꧋ꦱꦩ꧀ꦥꦻꦫꦸꦩꦃꦅꦧꦸꦏꦒꦺꦠ꧀ꦄꦏꦸꦧꦮꦩꦸꦫꦶꦢ꧀ꦝꦤ꧀ꦩꦠꦚꦱꦼꦩ꧀ꦧꦧ꧀꧉ꦝꦶꦏꦶꦫꦚꦄꦏꦸꦩꦼꦭꦏꦸꦏꦤ꧀ꦲꦭꦾꦁꦠꦶꦝꦏ꧀ꦮꦗꦂ꧉ꦱꦼꦠꦼꦭꦃꦄꦏꦸꦕꦼꦫꦶꦠꦏꦤ꧀ꦏꦿꦺꦴꦤꦺꦴꦭꦺꦴꦒꦶꦚꦅꦧꦸꦩꦭꦃꦱꦸꦏꦝꦤ꧀ꦭꦔ꧀ꦰꦸꦁꦩꦼꦩ꧀ꦧꦮꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦩꦱꦸꦏ꧀꧉ꦄꦤꦏ꧀ꦚꦤꦸꦫꦸꦠ꧀ꦰꦗꦏꦼꦠꦶꦏꦅꦧꦸꦏꦸꦩꦼꦔꦗꦏ꧀ꦕꦸꦕꦶꦠꦔꦤ꧀ꦝꦤ꧀ꦩꦼꦔꦗꦏ꧀ꦚꦩꦏꦤ꧀꧉ꦄꦏꦸꦱꦼꦒꦼꦫꦒꦤ꧀ꦠꦶꦧꦗꦸꦝꦤ꧀ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦼꦂꦰꦶꦲ꧀ꦏꦤ꧀ꦏꦩꦫ꧀꧈ꦥꦼꦂꦰꦶꦪꦥꦤ꧀ꦏꦭꦺꦴꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦔꦶꦤꦼꦥ꧀ꦝꦶꦱꦶꦤꦶ꧉ꦏꦼꦧꦼꦠꦸꦭꦤ꧀ꦧꦺꦱꦺꦴꦏ꧀ꦠꦔ꧀ꦒꦭ꧀ꦩꦺꦫꦃꦗꦝꦶꦱꦼꦏꦺꦴꦭꦃꦭꦶꦧꦸꦂ꧉
Sampai rumah ibu kaget aku bawa murid dab matanya sembab. Dikiranya aku melakukan hal yang tidak wajar. Setelah aku ceritakan kronologinya ibu malah suka dan langsung membawa Widuri masuk. Anaknya nurut saja ketika ibuku mengajak cuci tangan dan mengajaknya makan. Aku segera ganti baju dan membersihkan kamar, persiapan kalau Widuri nginep di sini. Kebetulan besok tanggal merah jadi sekolah libur.
꧋ꦝꦶꦫꦸꦮꦁꦠꦼꦔꦃꦠꦼꦂꦚꦠꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦱꦸꦝꦃꦒꦤ꧀ꦠꦶꦧꦗꦸ꧉ꦗꦝꦶꦱꦼꦭꦩꦄꦏꦸꦧꦼꦧꦺꦫꦺꦱ꧀ꦏꦩꦂꦱꦏꦶꦁꦄꦱꦾꦶꦏ꧀ꦚꦠꦏ꧀ꦩꦼꦔꦼꦠꦲꦸꦮꦶꦏꦭꦻꦴꦱꦺꦴꦥꦶꦂꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦚꦝꦠꦁꦩꦼꦔꦤ꧀ꦠꦂꦱꦼꦒꦭꦥꦼꦂꦭ꧀ꦭꦼꦔ꧀ꦏꦥꦤ꧀ꦮꦶꦢꦸꦫꦶ꧉ꦅꦧꦸꦩꦼꦚꦸꦮꦥꦶꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦪꦁꦠꦩ꧀ꦥꦏ꧀ꦧꦲꦒꦶꦪ꧉ꦗꦝꦶꦭꦃꦄꦏꦸꦎꦫꦁꦏꦼꦠꦶꦒꦪꦁꦠꦏ꧀ꦝꦶꦄꦔ꧀ꦒꦥ꧀꧉ꦄꦭ꧀ꦲꦱꦶꦭ꧀ꦄꦏꦸꦩꦼꦤꦼꦥꦶꦝꦶꦏꦩꦂꦱꦩ꧀ꦧꦶꦭ꧀ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦕꦤꦺꦴꦮ꦳ꦺꦭ꧀ꦎꦤ꧀ꦭꦻꦤ꧀꧉
Di ruang tengah ternyata Widuri sudah ganti baju. Jadi selama aku beberes kamar saking asyiknya tak mengetahui kalau sopir neneknya datang mengantar segala perlengkapan Widuri. Ibu menyuapi Widuri yang tampak bahagia. Jadilah aku orang ketiga yang tak dianggap. Alhasil aku menepi di kamar sambil membaca novel online.
꧋ꦩꦭꦩ꧀ꦝꦠꦁꦝꦶꦅꦫꦶꦔꦶꦒꦼꦫꦶꦩꦶꦱ꧀ꦩꦤꦶꦱ꧀꧉ꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦩꦭꦃꦠꦶꦝꦸꦂꦧꦼꦂꦰꦩꦅꦧꦸꦪꦁꦝꦶꦪꦥꦔ꧀ꦒꦶꦭ꧀ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦧꦲꦶꦏ꧀꧉ꦭꦸꦕꦸꦗꦸꦒꦄꦤꦏ꧀ꦅꦠꦸ꧉ꦪꦁꦥꦼꦤ꧀ꦠꦶꦁꦅꦧꦸꦱꦼꦤꦁ꧈ꦠꦏ꧀ꦩꦱꦭꦃꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦔꦶꦤꦺꦥ꧀ꦝꦶꦱꦶꦤꦶ꧉
Malam datang diiringgi gerimis manis. Widuri malah tidur bersama ibu yang dia panggil nenek baik. Lucu juga anak itu. Yang penting ibu senang, tak masalah Widuri nginep di sini.
꧋ꦏꦭꦩꦼꦤ꧀ꦠꦫꦶꦩꦸꦭꦻꦩꦼꦔꦶꦤ꧀ꦠꦶꦥ꧀ꦰꦼꦩꦼꦱ꧀ꦠ꧈ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦠꦼꦭꦺꦥꦺꦴꦤ꧀ꦩꦼꦤꦚꦏꦤ꧀ꦏꦧꦂꦕꦸꦕꦸꦚ꧉ꦄꦏꦸꦗꦮꦧ꧀꧌ꦧꦲꦶꦏ꧀ꦧꦲꦶꦏ꧀ꦰꦗ꧍꧉ꦧꦼꦭꦶꦪꦻꦴꦩꦶꦤ꧀ꦠꦩꦄꦥ꦳꧀ꦧꦼꦭꦸꦩ꧀ꦧꦶꦱꦗꦼꦩ꧀ꦥꦸꦠ꧀ꦏꦉꦤꦱꦼꦝꦁꦠꦏ꧀ꦌꦤꦏ꧀ꦧꦝꦤ꧀꧉ꦥꦥꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦱꦼꦝꦁꦏꦼꦭꦸꦮꦂꦏꦺꦴꦠꦝꦤ꧀ꦧꦫꦸꦥꦸꦭꦁꦤꦤ꧀ꦠꦶꦱꦺꦴꦫꦺ꧉
Kala mentari mulai mengintip semesta, nenek Widuri telepon menanyakan kabar cucunya. Aku jawab ‘baik-baik saja’. Beliau minta maaf belum bisa jemput karena sedang tak enak badan. Papa Widuri sedang keluar kota dan baru pulang nanti sore.
꧇ꦅꦤꦶꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦝꦶꦄꦗꦏ꧀ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦧꦲꦶꦏ꧀ꦗꦭꦤ꧀ꦗꦭꦤ꧀ꦏꦼꦭꦶꦭꦶꦁꦏꦺꦴꦩ꧀ꦥ꧀ꦭꦺꦏ꧀꧈ꦤꦺꦏ꧀꧇ꦗꦮꦧ꧀ꦏꦸꦏꦭꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦅꦔꦶꦤ꧀ꦠꦼꦭꦺꦥꦺꦴꦤ꧀ꦕꦸꦕꦸꦚ꧉
“Ini Widuri diajak nenek baik jalan-jalan keliling komplek, nek,” jawabku kala nenek Widuri ingin telepon cucunya.
꧇ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦧꦲꦶꦏ꧀?꧇
“Nenek baik?”
꧇ꦎꦃꦅꦪ꧈ꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦩꦔ꧀ꦒꦶꦭ꧀ꦅꦧꦸꦱꦪꦝꦼꦔꦤ꧀ꦰꦼꦧꦸꦠꦤ꧀ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦧꦲꦶꦏ꧀꧈ꦲꦺꦲꦺ꧈꧇
“Oh iya, Widuri manggil ibu saya dengan sebutan nenek baik, he he”
꧇ꦲꦲꦲ꧈ꦱꦾꦸꦏꦸꦂꦭ꧀ꦭꦃꦏꦭꦻꦴꦕꦸꦕꦸꦏꦸꦧꦲꦒꦶꦪ꧉ꦩꦏ꧀ꦭꦸꦩ꧀ꦧꦸꦒꦸꦫꦸ꧈ꦱꦼꦗꦏ꧀ꦩꦩꦚꦩꦼꦤꦶꦔ꧀ꦒꦭ꧀ꦝꦶꦪꦱꦼꦄꦏꦤ꧀ꦲꦶꦭꦁꦏꦼꦕꦼꦫꦶꦪꦄꦤ꧀ꦚ꧉ꦄꦏ꦳ꦶꦂꦄꦏ꦳ꦶꦂꦅꦤꦶꦩꦫꦃꦏꦼꦥꦝꦱꦪ꧈ꦝꦶꦪꦅꦔꦶꦤ꧀ꦏꦼꦩꦏꦩ꧀ꦩꦩꦚ꧈ꦠꦥꦶꦱꦪꦏꦸꦫꦁꦌꦤꦏ꧀ꦧꦝꦤ꧀ꦝꦤ꧀ꦥꦥꦚꦭꦒꦶꦝꦶꦤꦱ꧀ꦭꦸꦮꦂꦏꦺꦴꦠ꧇ꦈꦫꦻꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦠꦤ꧀ꦥꦄꦏꦸꦠꦚ꧉
“Ha ha ha, syukurlah kalau cucuku bahagia. Maklum bu guru, sejak mamanya meninggal dia seakan hilang keceriaannya. Akhirnya-akhir ini marah kepada saya, dia ingin ke makam mamanya, tapi saya kurang enak badan dan papanya lagi dinas luar kota,” urai nenek Widuri tanpa aku tanya.
꧇ꦩꦄꦥ꦳꧀꧈ꦩꦏꦩ꧀ꦩꦩꦚꦄꦝꦝꦶꦩꦤ꧈ꦤꦺꦏ꧀?꧇ꦠꦚꦏꦸꦧꦼꦂꦟꦶꦪꦠ꧀ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦩꦼꦔꦤ꧀ꦠꦂꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦏꦉꦤꦅꦏꦸꦠ꧀ꦩꦼꦫꦱꦏꦤ꧀ꦄꦥꦪꦁꦱꦼꦝꦁꦝꦶꦫꦱꦏꦤ꧀ꦄꦤꦏ꧀ꦅꦠꦸ꧉
“Maaf, makam mamanya ada di mana, nek?” tanyaku berniat untuk mengantar Widuri karena ikut merasakan apa yang sedang dirasakan anak itu.
꧇ꦪꦱꦸꦝꦃꦠꦼꦫꦶꦩꦏꦱꦶꦃꦧꦸꦒꦸꦫꦸ꧈ꦤꦤ꧀ꦠꦶꦱꦗꦱꦪꦠꦼꦭꦺꦥꦺꦴꦤ꧀ꦭꦒꦶ꧉ꦱꦭꦩ꧀ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦧꦲꦶꦏ꧀ꦪ꧈ꦲꦺꦲꦺ꧉ꦄꦱ꧀ꦰꦭꦩꦸꦔ꦳ꦭꦻꦏꦸꦩ꧀꧇
“Ya sudah terima kasih bu guru, nanti saja saya telepon lagi. Salam untuk nenek baik ya, he he. Assalamu’alaikum”
꧇ꦮꦔ꦳ꦭꦻꦏꦸꦩ꧀ꦰꦭꦩ꧀꧈ꦤꦺꦏ꧀꧇
“Wa’alaikum salam, nek”
ꦠꦼꦭꦺꦥꦺꦴꦤ꧀ꦄꦏꦸꦠꦸꦠꦸꦥ꧀ꦝꦤ꧀ꦗꦤ꧀ꦠꦸꦔ꧀ꦏꦸꦩꦲꦸꦕꦺꦴꦥꦺꦴꦠ꧀ꦏꦭꦄꦝꦠꦔꦤ꧀ꦩꦸꦔꦶꦭ꧀ꦩꦼꦚ꧀ꦕꦺꦴꦭꦺꦏ꧀ꦥꦶꦔ꧀ꦒꦔ꧀ꦏꦸ꧈
꧇ꦧꦢꦭ꧈ꦮꦏꦮꦏꦮꦏ꧇
Telepon aku tutup dan jantungku mau copot kala ada tangan mungil mencolek pinggangku, “Ba da la, wk wk wk”
ꦮꦝꦸꦃ꧈ꦅꦧꦸꦝꦤ꧀ꦮꦶꦢꦸꦫꦶꦏꦺꦴꦩ꧀ꦥꦏ꧀ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦸꦮꦠ꧀ꦏꦸꦗꦤ꧀ꦠꦸꦔꦤ꧀꧉ꦩꦼꦫꦺꦏꦠꦼꦂꦨꦲꦏ꧀ꦩꦼꦤꦼꦂꦡꦮꦏꦤ꧀ꦏꦸ꧉
Waduh, ibu danWiduri kompak membuatku jantungan. Mereka terbahak menertawakanku.
*****
꧋ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦼꦭꦁꦱꦼꦚ꧀ꦗꦄꦝꦩꦺꦴꦧꦶꦭ꧀ꦥꦸꦠꦶꦃꦧꦼꦂꦲꦼꦤ꧀ꦠꦶꦝꦼꦥꦤ꧀ꦥꦒꦫ꧀꧈ꦄꦏꦸꦲꦚꦩꦼꦭꦶꦲꦠ꧀ꦰꦼꦏꦶꦭꦱ꧀ꦝꦫꦶꦗꦼꦟ꧀ꦝꦺꦭꦏꦩꦂ꧉ꦠꦏ꧀ꦧꦼꦫꦥꦭꦩꦄꦝꦱꦸꦮꦫꦠꦼꦫꦶꦪꦏꦤ꧀ꦝꦶꦠꦺꦫꦱ꧀꧈
Menjelang senja ada mobil putih berhenti depan pagar, aku hanya melihat sekilas dari jendela kamar. Tak berapa lama ada suara teriakan di teras,
꧇ꦥꦥ꧇
“Papa”
꧋ꦄꦏꦸꦥꦸꦤ꧀ꦏꦼꦭꦸꦮꦂꦱꦩ꧀ꦧꦶꦭ꧀ꦩꦼꦫꦥꦶꦏꦤ꧀ꦗꦶꦭ꧀ꦧꦧ꧀ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦩꦼꦚꦩ꧀ꦧꦸꦠ꧀ꦮꦭꦶꦩꦸꦫꦶꦢ꧀꧈ꦏꦼꦩꦸꦔ꧀ꦏꦶꦤꦤ꧀ꦥꦥꦮꦶꦢꦸꦫꦶ꧉ꦧꦫꦸꦱꦩ꧀ꦥꦻꦝꦼꦥꦤ꧀ꦥꦶꦤ꧀ꦠꦸꦠꦸꦧꦸꦲ꧀ꦏꦸꦒꦼꦩꦼꦠꦫ꧀꧈ꦧꦼꦂꦞꦼꦒꦸꦥ꧀ꦏꦼꦚ꧀ꦕꦁꦏꦭꦩꦼꦭꦶꦲꦠ꧀ꦊꦭꦏꦶꦪꦁꦩꦼꦔ꧀ꦒꦺꦟ꧀ꦝꦺꦴꦁꦮꦶꦢꦸꦫꦶ꧉ꦱꦼꦱꦄꦠ꧀ꦤꦥꦱ꧀ꦠꦼꦂꦲꦼꦤ꧀ꦠꦶ꧉ꦝꦶꦪꦊꦭꦏꦶꦪꦁꦥꦼꦂꦟꦃꦲꦝꦶꦂꦝꦭꦩ꧀ꦩꦶꦩ꧀ꦥꦶꦶꦅꦱ꧀ꦠꦶꦏ꦳ꦫꦲ꧀ꦏꦸ꧉
Akupun keluar sambil merapikan jilbab untuk menyambut wali murid, kemungkinan papa Widuri. Baru sampai depan pintu tubuhku gemetar, berdegup kencang kala melihat lelaki yang mengendong Widuri. Sesaat napas terhenti. Dia lelaki yang pernah hadir dalam mimpi istikharahku.
꧁ꦅ꧂
ꦧꦶꦪꦺꦴꦝꦠꦥꦼꦔꦫꦁ꧇
ꦢꦾꦃꦏꦸꦂꦟꦶꦪꦮꦠꦶꦭꦲꦶꦂꦝꦤ꧀ꦧꦼꦂꦩꦸꦏꦶꦩ꧀ꦝꦶꦩꦢꦶꦪꦸꦤ꧀꧉ꦩꦼꦔ꧀ꦒꦶꦭꦻꦥ꦳ꦶꦏ꧀ꦰꦶꦱꦼꦗꦏ꧀ꦧꦼꦂꦰꦼꦫꦒꦩ꧀ꦥꦸꦠꦶꦃꦩꦺꦫꦃ꧉ꦭꦸꦭꦸꦱꦤ꧀ꦥꦼꦟ꧀ꦝꦶꦝꦶꦏꦤ꧀ꦧꦲꦱꦝꦤ꧀ꦰꦱ꧀ꦠꦿꦗꦮꦅꦤꦶꦩꦼꦚ꧀ꦕꦺꦴꦧ꧌ꦱꦼꦭꦶꦔ꧀ꦏꦸꦃ꧍ꦏꦼꦱꦱ꧀ꦠꦿꦅꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧈ꦠꦥꦶꦠꦏ꧀ꦏꦸꦮꦱꦊꦥꦱ꧀ꦝꦫꦶꦲꦔꦠ꧀ꦥꦼꦭꦸꦏꦤ꧀ꦰꦱ꧀ꦠꦿꦗꦮ꧉ꦩꦼꦤꦸꦭꦶꦱ꧀ꦒꦼꦒꦸꦫꦶꦠꦤ꧀꧈ꦕꦼꦂꦑꦏ꧀꧈ꦌꦱꦻ꧈ꦕꦼꦫꦶꦠꦭꦸꦕꦸꦗꦸꦒꦩꦼꦤꦸꦭꦶꦱ꧀ꦥꦸꦮꦶꦱꦶꦝꦤ꧀ꦕꦼꦂꦦꦺꦤ꧉ꦧꦶꦱꦝꦶꦱꦥꦝꦶ https://www.facebook.com/dyah.kurniawati.948.
ꦩꦠꦸꦂꦤꦸꦮꦸꦤ꧀
ꦱꦲꦺ
ꦱꦲꦺ
ꦄꦭ꧀ꦲꦩ꧀ꦢꦸꦭꦶꦭ꧀ꦭꦃ꧈ꦠꦸꦂꦤꦸꦮꦸꦤ꧀