ꦅꦧꦸꦥꦼꦚꦼꦭꦩꦠ꧀ꦏꦸ
31 January 2025 | 489 kali
Cerpen By : Agus Budiono
꧁ꦅꦧꦸꦥꦼꦚꦼꦭꦩꦠ꧀ꦏꦸ꧂
IBUKU PENYELAMATKU
ꦏꦂꦪꦾ꧇ꦄꦔ꧀ꦒꦶꦥ꦳ꦻꦴꦗ꦳ꦶꦪꦃꦩꦺꦅꦱꦥꦸꦠꦿꦶ
Karya: Anggi Fauziah Meysa Putri
꧋ꦲꦸꦗꦤ꧀ꦠꦸꦫꦸꦤ꧀ꦢꦼꦫꦱ꧀ꦝꦶꦭꦸꦮꦫ꧀꧈ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦮꦲꦮꦝꦶꦔꦶꦤꦾꦁꦩꦼꦫꦪꦥ꧀ꦲꦶꦔ꧀ꦒꦱꦸꦝꦸꦠ꧀ꦰꦸꦝꦸꦠꦿꦸꦩꦃꦏꦪꦸꦏꦼꦕꦶꦭ꧀ꦏꦩꦶ꧉ꦄꦏꦸꦝꦸꦝꦸꦏ꧀ꦝꦶꦥꦺꦴꦗꦺꦴꦏꦿꦸꦮꦔꦤ꧀꧈ꦩꦼꦔ꧀ꦒꦼꦔ꧀ꦒꦩ꧀ꦄꦼꦫꦠ꧀ꦧꦸꦏꦸꦠꦸꦭꦶꦰ꧀ꦏꦸꦪꦁꦧꦱꦃꦎꦭꦺꦃꦍꦂꦩꦠ꧉ꦤꦶꦭꦻꦈꦗꦶꦪꦤ꧀ꦏꦸꦧꦸꦫꦸꦏ꧀ꦭꦒꦶ꧈ꦝꦤ꧀ꦄꦏꦸꦠꦲꦸꦅꦧꦸꦥꦱ꧀ꦠꦶꦏꦼꦕꦺꦮ꧉ꦅꦧꦸꦩꦱꦸꦏ꧀ꦏꦼꦝꦭꦩꦿꦸꦩꦃ꧈ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦮꦱꦼꦏꦤ꧀ꦠꦸꦁꦱꦪꦸꦫꦤꦾꦁꦝꦶꦪꦧꦼꦭꦶꦝꦫꦶꦥꦱꦂ꧉ꦥꦏꦻꦪꦤ꧀ꦚꦩꦱꦶꦃꦧꦱꦃꦏꦉꦤꦲꦸꦗꦤ꧀꧈ꦠꦥꦶꦱꦼꦚꦸꦩ꧀ꦚꦠꦼꦠꦥ꧀ꦲꦔꦠ꧀ꦰꦼꦥꦼꦂꦡꦶꦧꦶꦪꦱ꧉ꦄꦏꦸꦠꦏ꧀ꦰꦔ꧀ꦒꦸꦥ꧀ꦩꦼꦤꦠꦥ꧀꧉
Hujan turun deras di luar, membawa hawa dingin yang merayap hingga sudut-sudut rumah kayu kecil kami. Aku duduk di pojok ruangan, menggenggam erat buku tulisku yang basah oleh air mata. Nilai ujianku buruk lagi, dan aku tahu ibu pasti kecewa. Ibu masuk ke dalam rumah, membawa sekantung sayuran yang dia beli dari pasar. Pakaiannya masih basah karena hujan, tapi senyumnya tetap hangat seperti biasa. Aku tak sanggup menatap.
꧇ꦅꦧꦸ꧈꧇ꦄꦏꦸꦄꦏ꦳ꦶꦂꦚꦩꦼꦩ꧀ꦧꦸꦏꦱꦸꦮꦫ꧈ꦱꦸꦮꦫꦥꦫꦻꦴ꧉
“Ibu….,” aku akhirnya membuka suara, suara parau.
꧇ꦩꦄꦥ꦳꧀꧈ꦤꦶꦭꦻꦈꦗꦶꦪꦤ꧀ꦏꦸꦗꦼꦭꦺꦏ꧀ꦭꦒꦶ꧉ꦄꦏꦸꦠꦲꦸ꧈ꦄꦏꦸꦩꦼꦔꦼꦕꦺꦮꦏꦤ꧀ꦅꦧꦸ꧈꧇ꦭꦚ꧀ꦗꦸꦠ꧀ꦏꦸ꧉
“Maaf, nilai ujianku jelek lagi. Aku tahu, aku mengecewakan ibu,” lanjutku.
꧋ꦅꦧꦸꦩꦼꦔ꧀ꦲꦩ꧀ꦥꦶꦫꦶꦏꦸ꧉ꦩꦼꦤꦸꦫꦸꦤ꧀ꦏꦤ꧀ꦏꦤ꧀ꦠꦸꦁꦧꦼꦭꦚ꧀ꦗꦄꦤ꧀ꦚ꧈ꦭꦭꦸꦝꦸꦝꦸꦏ꧀ꦝꦶꦱꦩ꧀ꦥꦶꦔ꧀ꦏꦸ꧉ꦝꦶꦪꦩꦼꦔꦸꦱꦥꦿꦩ꧀ꦧꦸꦠ꧀ꦏꦸꦝꦼꦔꦤ꧀ꦊꦩ꧀ꦧꦸꦠ꧀꧉
Ibu menghampiriku. Menurunkan kantung belanjaannya, lalu duduk di sampingku. Dia mengusap rambutku dengan lembut.
꧇ꦤꦏ꧀꧈ꦄꦥꦏꦩꦸꦠꦲꦸꦏꦼꦤꦥꦅꦧꦸꦱꦼꦭꦭꦸꦩꦼꦚꦸꦫꦸꦲ꧀ꦩꦸꦩꦼꦚ꧀ꦕꦺꦴꦧꦭꦒꦶ꧈ꦩꦼꦰ꧀ꦏꦶꦏꦩꦸꦒꦒꦭ꧀?꧇ꦠꦚꦅꦧꦸ꧉ꦄꦏꦸꦩꦼꦔ꧀ꦒꦺꦭꦺꦁꦥꦼꦭꦤ꧀꧈ꦩꦼꦤꦲꦤ꧀ꦍꦂꦩꦠ꧉
“Nak, apa kamu tahu kenapa ibu selalu menyuruhmu mencoba lagi, meski kamu gagal?” tanya ibu. Aku menggeleng pelan, menahan air mata.
꧇ꦏꦉꦤꦱꦼꦠꦶꦪꦥ꧀ꦎꦫꦁꦥꦼꦂꦟꦃꦒꦒꦭ꧀꧈ꦠꦥꦶꦩꦼꦫꦺꦏꦪꦁꦠꦼꦫꦸꦱ꧀ꦩꦼꦚ꧀ꦕꦺꦴꦧꦩꦼꦤꦼꦩꦸꦏꦤ꧀ꦗꦭꦤ꧀ꦩꦼꦫꦺꦏꦱꦼꦟ꧀ꦝꦶꦫꦶ꧉ꦅꦧꦸꦠꦶꦝꦏ꧀ꦧꦸꦠꦸꦃꦤꦶꦭꦻꦱꦼꦩ꧀ꦥꦸꦂꦟꦝꦫꦶꦩꦸ꧉ꦅꦧꦸꦲꦚꦅꦔꦶꦤ꧀ꦏꦩꦸꦧꦼꦭꦗꦂꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦠꦶꦝꦏ꧀ꦩꦼꦚꦼꦫꦃ꧈꧇ꦅꦧꦸꦩꦼꦤꦱꦶꦲꦠꦶꦏꦸ꧉
“Karena setiap orang pernah gagal, tapi mereka yang terus mencoba menemukan jalan mereka sendiri. Ibu tidak butuh nilai sempurna darimu. Ibu hanya ingin kamu belajar untuk tidak menyerah,” ibu menasihatiku.
ꦏꦠꦏꦠꦚꦱꦼꦥꦼꦂꦡꦶꦥꦼꦭꦸꦏꦤ꧀ꦲꦔꦠ꧀ꦝꦶꦠꦼꦔꦃꦧꦝꦻ꧉ꦠꦥꦶ꧈ꦄꦏꦸꦠꦼꦠꦥ꧀ꦩꦼꦫꦱꦏꦼꦕꦶꦭ꧀꧉
Kata-katanya seperti pelukan hangat di tengah badai. Tapi, aku tetap merasa kecil.
꧇ꦠꦥꦶ꧈ꦧꦒꦻꦩꦤꦏꦭꦻꦴꦄꦏꦸꦠꦶꦝꦏ꧀ꦥꦼꦂꦟꦃꦧꦶꦱꦧꦼꦂꦲꦱꦶꦭ꧀꧈ꦧꦸ?꧇ꦠꦚꦏꦸ꧉
“Tapi, bagaimana kalau aku tidak pernah bisa berhasil, bu?” tanyaku.
ꦅꦧꦸꦠꦼꦂꦰꦼꦚꦸꦩ꧀ꦝꦤ꧀ꦩꦼꦤꦸꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ꦧꦼꦏꦱ꧀ꦭꦸꦏꦏꦼꦕꦶꦭ꧀ꦝꦶꦠꦔꦤ꧀ꦚ꧉
Ibu tersenyum dan menunjuk bekas luka kecil di tangannya.
꧇ꦏꦩꦸꦠꦲꦸ꧈ꦮꦏ꧀ꦠꦸꦏꦼꦕꦶꦭ꧀ꦝꦸꦭꦸ꧈ꦅꦧꦸꦧꦼꦭꦗꦂꦩꦼꦩꦱꦏ꧀ꦥꦼꦂꦡꦩꦏꦭꦶꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦤꦺꦤꦺꦏ꧀꧉ꦠꦔꦤ꧀ꦅꦧꦸꦅꦤꦶꦱꦼꦫꦶꦁꦠꦼꦫꦶꦫꦶꦱ꧀ꦥꦶꦱꦻꦴ꧉ꦫꦱꦚꦱꦏꦶꦠ꧀꧈ꦠꦥꦶꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦰꦼꦭꦭꦸꦧꦶꦭꦁ꧌ꦠꦶꦝꦏ꧀ꦄꦥꦄꦥ꧈ꦕꦺꦴꦧꦭꦒꦶ꧍꧇
“Kamu tahu, waktu kecil dulu, ibu belajar memasak pertama kali untuk membantu nenek. Tangan ibu ini sering teriris pisau. Rasanya sakit, tapi nenek selalu bilang ‘Tidak apa-apa, coba lagi.’”
꧇ꦱꦼꦏꦫꦁꦭꦶꦲꦠ꧀ꦭꦃꦠꦔꦤ꧀ꦅꦧꦸꦅꦤꦶꦱꦸꦝꦃꦠꦼꦂꦨꦶꦪꦱ꧉ꦠꦶꦝꦏ꧀ꦄꦝꦪꦁꦭꦔ꧀ꦰꦸꦁꦄꦲ꧀ꦭꦶ꧈ꦤꦏ꧀꧉ꦏꦶꦠꦱꦼꦩꦸꦮꦧꦸꦠꦸꦃꦮꦏ꧀ꦠꦸ꧈꧇ꦏꦠꦅꦧꦸ꧉
“Sekarang lihatlah tangan ibu ini sudah terbiasa. Tidak ada yang langsung ahli, nak. Kita semua butuh waktu,” kata ibu.
ꦄꦏꦸꦠꦼꦂꦞꦶꦪꦩ꧀꧉ꦏꦠꦏꦠꦚꦥꦼꦂꦭ꧀ꦭꦲꦤ꧀ꦭꦲꦤ꧀ꦩꦼꦉꦱꦥ꧀ꦏꦼꦝꦭꦩ꧀ꦲꦠꦶꦏꦸ꧉ꦅꦧꦸꦠꦶꦝꦏ꧀ꦥꦼꦂꦟꦃꦩꦼꦚꦼꦫꦃꦥꦝꦏꦸ꧉ꦧꦲ꧀ꦏꦤ꧀ꦰꦄꦠ꧀ꦄꦏꦸꦩꦼꦚꦼꦫꦃꦥꦝꦝꦶꦫꦶꦏꦸꦱꦼꦟ꧀ꦝꦶꦫꦶ꧉
Aku terdiam. Kata-katanya perlahan-lahan meresap ke dalam hatiku. Ibu tidak pernah menyerah padaku. Bahkan saat aku menyerah pada diriku sendiri.
꧋ꦲꦫꦶꦅꦠꦸꦄꦏꦸꦧꦼꦂꦙꦚ꧀ꦗꦶꦥꦝꦝꦶꦫꦶꦏꦸꦱꦼꦟ꧀ꦝꦶꦫꦶꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦩꦼꦚ꧀ꦕꦺꦴꦧꦭꦒꦶ꧈ꦄꦥꦥꦸꦤꦾꦁꦠꦼꦂꦙꦝꦶ꧉ꦅꦧꦸꦄꦝꦭꦃꦥꦼꦚꦼꦭꦩꦠ꧀ꦏꦸ꧉ꦧꦸꦏꦤ꧀ꦲꦚꦝꦫꦶꦫꦱꦒꦒꦭ꧀꧈ꦠꦼꦠꦥꦶꦗꦸꦒꦫꦱꦠꦏꦸꦠ꧀ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦧꦼꦂꦩ꧀ꦩꦶꦩ꧀ꦥꦶ꧉
Hari itu aku berjanji pada diriku sendiri untuk mencoba lagi, apapun yang terjadi. Ibu adalah penyelamatku. Bukan hanya dari rasa gagal, tetapi juga dari rasa takut untuk bermimpi.
꧋ꦝꦤ꧀ꦰꦼꦗꦏ꧀ꦲꦫꦶꦅꦠꦸ꧈ꦱꦼꦠꦶꦪꦥ꧀ꦏꦭꦶꦄꦏꦸꦩꦼꦫꦱꦅꦔꦶꦤ꧀ꦩꦼꦚꦼꦫꦃ꧈ꦄꦏꦸꦱꦼꦭꦭꦸꦠꦼꦂꦅꦔꦠ꧀ꦠꦔꦤ꧀ꦅꦧꦸꦪꦁꦥꦼꦤꦸꦃꦭꦸꦏꦏꦼꦕꦶꦭ꧀꧈ꦠꦥꦶꦠꦼꦠꦥ꧀ꦏꦸꦮꦠ꧀ꦝꦤ꧀ꦊꦩ꧀ꦧꦸꦠ꧀꧉ꦝꦤ꧀ꦄꦏꦸꦧꦼꦂꦰꦸꦏꦸꦂ꧈ꦱꦼꦠꦶꦪꦥ꧀ꦲꦫꦶꦄꦏꦸꦥꦸꦚꦏꦼꦱꦼꦩ꧀ꦥꦠꦤ꧀ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦩꦼꦚ꧀ꦕꦶꦤ꧀ꦠꦲꦶꦅꦧꦸꦱꦼꦥꦼꦂꦡꦶꦅꦧꦸꦩꦼꦚ꧀ꦕꦶꦤ꧀ꦠꦲꦶꦏꦸ꧉
Dan sejak hari itu, setiap kali aku merasa ingin menyerah, aku selalu teringat tangan ibu yang penuh luka kecil, tapi tetap kuat dan lembut. Dan aku bersyukur, setiap hari aku punya kesempatan untuk mencintai ibu seperti ibu mencintaiku.
*
ꦧꦶꦪꦺꦴꦝꦠꦥꦼꦔꦫꦁ꧇
Biodata pengarang:
ꦄꦔ꧀ꦒꦶꦥ꦳ꦻꦴꦗ꦳ꦶꦪꦃꦩꦺꦅꦱꦥꦸꦠꦿꦶ
Anggi Fauziah Meysa Putri
ꦱꦶꦱ꧀ꦮꦶꦏꦼꦭꦱ꧀꧇꧙꧇ꦧꦺ꧈ꦌꦩ꧀꧈ꦠꦺ꧈ꦌꦱ꧀꧈ꦌꦤ꧀꧈꧇꧒꧇ꦩꦒꦼꦠꦤ꧀
Siswi kelas 9B MTsN 2 Magetan