Tim Puri Aksara Rajapatni Kunjungi Kampung ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa Surabaya.

8 February 2024 | 171 kali
Fitur By : Nanang Purwono

Tim Puri Aksara Rajapatni bersama Pengurus RW 5 Wisma Kedung Asem Indah dan Penggerak Budaya Surabaya A. Hermas Thony yang juga sebagai Ketua DPRD Kota Surabaya. Foto: dok PAR/omahaksara.id

Omahaksara.id: Surabaya (8/2/24) – Dalam rangka terus menghidupkan Aksara Jawa di Surabaya, tim ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni berkunjung ke Kampung Aksara Jawa di RW 5 Wisma Kedung Asem Indah, Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya pada Kamis siang 8 Februari 2024. Kampung di wilayah Surabaya Timur ini, selama ini menjadi kampung, yang langganan menyabet kejuaraan di tingkat kota Surabaya, mulai dari kampung ramah lingkungan, kampung aman, kampung smart city, hingga kampung budaya.

RW 5 Wisma Kampung Kedung Asem Surabaya menjadi Kampung Aksara Jawa karena partisipasi warganya. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Sebagai kampung budaya, utamanya ꦧꦸꦣꦪꦗꦮ budaya Jawa, RW 5 Wisma Kedung Asem Indah ini memiliki beberapa perangkat alat seni dan budaya seperti angklung, karawitan yang didukung oleh fasilitas tempat sebagai tempat latihan. Belakangan warga RW 5 ini sinau (kursus) bahasa Inggris yang langsung mendatangkan guru native speaker (penutur asli) asal Amerika.

Segera, mereka akan membekali diri dengan kemampuan menulis dan membaca Aksara Jawa. Warga RW 5 Wisma Kedung Asem Indah ini rata rata berdarah Mataraman. Yaitu berasal dari wilayah ꦩꦠꦫꦩꦤ꧀ Mataraman di Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Ponorogo, Nganjuk, Kertosono, Tulungagung, Blitar dan Pacitan. Sehingga sangat wajar bila bercengkrama dengan mereka, logat yang terdengar seperti orang Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Warga mulai mengenal kembali Aksara Jawa. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Umumnya pula, mereka sudah puluhan tahun tinggal di Surabaya dan sudah pada masa pensiun. Karenanya ketika mendengar bahwa akan ada kegiatan sinau Aksara Jawa, mereka sangat antusias. Mereka menunggu kegiatan ꦱꦶꦤꦻꦴꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Sinau Aksara Jawa. 

Sebagian memang sudah pernah mengenal Aksara Jawa. Sebagian lagi sudah ada yang lupa Aksara Jawa. ꦱꦶꦤꦻꦴꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Sinau Aksara Jawa adalah mengingatkan kembali pada tradisi Jawa dan sekaligus mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan bersama yang menyenangkan dan positif. 

Ginanjar, tutor Aksara Jawa, memberi penjelasan kepada salah satu warga. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Sementara dalam persiapan Sinau Aksara Jawa, tim pegiat aksara Jawa,  ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ   Puri Aksara Rajapatni, berkunjung ke Pokja Padepokan di salah satu komplek RW 5 Wisma Kedung Asem Indah. Disana mereka mulai mengenalkan Aksara Jawa dan diskusi tentang Aksara Jawa pun terjadi. 

Antusias warga belajar Aksara Jawa cukup besar. Ita Surojoyo menyimak pertanyaan peserta. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Selain di  ꦥꦼꦤ꧀ꦝꦥ Pendopo, di komplek ini juga terdapat Gazebo dan pondok pondok yang menjadi wadah kegiatan warga. Ketika berkegiatan di malam hari, biasanya bertempat di Pokja Pendopo.

Gazebo bambu juga menjadi pilihan tempat Sinau Aksara Jawa. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Namun jika berkegiatan di siang atau sore hari, akan lebih nyaman bertempat di Gazebo untuk diskusi dan sarasehan termasuk kegiatan Sinau Aksara Jawa. Gazebo, yang dikonstruksi dari bahan bambu ini, terasa lebih sejuk karena berpayung pepohonan produktif. Lingkungan Gazebo penuh dengan rimbunnya vegetasi sehingga seolah di sebuah ꦄꦭꦩ꧀ꦥꦼꦣꦺꦱꦄꦤ꧀ alam pedesaan. Alam dan Budaya bisa bersatu memberi dukungan pada atmosfir belajar Aksara Jawa.

Selain persiapan kegiatan Sinau Aksara Jawa, kesempatan berkumpul di lingkungan yang asri ini menjadi momen berdiskusi untuk menata masa depan ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dalam partisipasi aktifnya turut melestarikan Aksara Jawa. 

Diskusi visioner tentang masa depan organisasi. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Salah satunya melalui alat media online. Selama ini ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni berbagi konten dengan omahaksara.id dalam upaya memasyarakatkan penggunaan Aksra Jawa. Omahaksara.id adalah laman budaya khusus Aksara Jawa yang diampu oleh tiga provinsi: DIY, Jateng dan Jatim.

Tim ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, yang terdiri dari pendiri Ita Surojoyo, Ketua Nanang Purwono, Wakil Ketua Ginanjar serta Sekretaris Novita diterima oleh Ketua RW 5 Didik. Setelah diterima di kediamannya yang memproduksi batik EcoPrint, selanjutnya berpindah ke Gazebo di Taman RW 5. Di sinilah Didik menyampaikan harapannya membawa Aksara Jawa menjadi identitas Surabaya dan bangsa Indonesia.

Didik sedang menata dedaunan yang menjadi motif eco print. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

ꦣꦶꦣꦶꦏ꧀ Didik, yang juga sebagai seniman batik ecoprint akan membuat design ecoprint yang bertema Aksara Jawa. Dalam menyambut Imlek tahun 2024 ini, dia mendesain motif Aksara Cina dengan tulisan Gong Xi Fat Cai. Hal yang sama adalah tema Aksara Jawa. Motif Aksara Jawa ini juga ia persiapkan untuk agenda kedatangan wisatawan mancanegara yang akan datang ke Surabaya dengan menggunakan kapal pesiar.

Tim Puri Aksara Rajapatni bersama Pengurus RW 5 Wisma Kedung Asem Indah dan Penggerak Budaya Surabaya A. Hermas Thony yang juga sebagai Ketua DPRD Kota Surabaya. Foto: dok PAR/omahaksara.id

Kehadiran ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Tim Puri Aksara Rajapatni dalam diskusi dengan Ketua RW 5 yang diikuti oleh perangkat RW ini dihadiri oleh penggerak budaya Surabaya, A. Hermas Thony yang juga sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya. Menurut Thony Surabaya harus mulai mempersiapkan diri menyongsong tahun 2045 ketika bangsa ini genap berusia 100 tahun.

“Tahun 2045 adalah tahun dimana bangsa dunia berbondong bondong masuk ꦆꦤ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦶꦪ Indonesia dan pada momen itulah kita harus bisa menunjukkan kekhasan kita di tengah pergaulan global. Kekhasan itu adalah Aksara Jawa dalam berbagai bentuk manifestasinya”, jelas Thony dalam memberikan pengarahan kepada Puri Aksara Rajapatni dan warga RW 5 Wisma Kedung Asem Indah. (nanang PAR).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *