Mengapa Bernama ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya?
30 December 2023 | 74 kali
Sejarah By : Nanang Purwono
Omahaksara.id: Surabaya (30/12/23) – ꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ Kota Surabaya identik dengan dua binatang perkasa. Yaitu ikan Hiu dan Buaya. Sosoknya digunakan sebagai simbol kota dimana ditengahnya terdapat gambar ꦠꦸꦒꦸꦥꦃꦭꦮꦤ꧀ Tugu Pahlawan.
Saking identiknya dengan Surabaya, Suroboyo, maka ikan ꦲꦶꦪꦸ Hiu dan ꦧꦸꦮꦪ Buaya itu disebut Suro dan Boyo. Nama kota Surabaya disimbolkan Suro (hiu) dan Boyo (buaya). Padahal, makna Suro dan Boyo itu bukan Surabaya.
Ada salah ꦏꦥꦿꦃ kaprah jika nama kota Surabaya diartikan Hiu adalah Suro dan Buaya diartikan Boyo. Mengapa? Begini kisahnya. Secara ringkas, nama dan kata “Surabaya” berlatar belakang sebagai berikut.
Pertama, kata dan nama Surabaya bersumber dari sebuah prasasti kuno yang bernama ꦥꦿꦱꦱ꧀ꦠꦶꦕꦁꦒꦸ Prasasti Canggu (1358 M).
Prasasti, yang berupa lempeng tembaga ini, menyebutkan nama nama desa di tepian sungai, ꦤꦣꦶꦠꦶꦫꦥꦿꦣꦺꦱ Naditira Pradesa. Sungai Brantas dan Bengawan Solo, termasuk anak anak sungainya, Salah satunya adalah nama ꦯꦸꦫꦨꦪ Syurabhaya yang ditulis dalam Aksara Kawi.
Di wilayah administrasi kota Surabaya saja ada tiga ꦤꦣꦶꦠꦶꦫꦥꦿꦣꦺꦱ naditira pradesa, desa desa di tepian sungai, tepatnya anak Sungai Brantas yang sekarang dikenal dengan nama Kalimas. Selain nama Syurabhaya, juga ada nama Gsang dan Bkul. Kini Gsang dikenal dengan nama ꦥꦒꦺꦱꦔꦤ꧀ Pagesangan dan Bkul dengan nama ꦧꦸꦁꦏꦸꦭ꧀ Bungkul. Bagaimana dengan nama Syurabhaya?
Diduga kuat keberadaan ꦤꦣꦶꦠꦶꦫꦥꦿꦣꦺꦱ Naditira Pradesa Syurabhaya berada di kawasan delta Peneleh. Di kawasan itu, tepatnya di Kampung Pandean IV ditemukan sumur kuno berbentuk Jobong pada tahun 2018. Dari hasil riset di Canberra, Australia, ꦱꦸꦩꦸꦂꦗꦺꦴꦧꦺꦴꦁ sumur Jobong ini sudah ada di tahun 1430 M.
Dari desa di tepian sungai itulah, Syurabhaya berkembang dari sebuah desa menjadi kota besar Surabaya. Dari desa kecil Syurabhaya menjadi kota besar Surabaya. Jadi nama Surabaya sekarang berasal dari sumber prasasti Canggu yang bernama Syurabhaya.
Jadi Surabaya adalah nama sebuah tempat, yang kala itu bernama Syurabhaya, sebuah desa kecil di pinggiran sungai (Kalimas, anak sungai Brantas)
Kedua, nama Surabaya berasal dari sebuah kata sifat Suro ing Baya, yang artinya ꦧꦼꦫꦤꦶ Berani Menghadapi Bahaya. Sifat Suro ing Baya ini turun temurun dari era awal berdirinya kerajaan ꦩꦗꦥꦲꦶꦠ꧀ Majapahit pada 1293 M hingga sekarang. Sifat Suro ing Baya ditunjukkan oleh prajurit Raden Wijaya ketika menghadapi serdadu Mongolia di bawah kaisar Kubilai Khan dalam ekspansinya ke pulau Jawa. Mereka dapat dikalahkan prajurit ꦫꦢꦺꦤ꧀ꦮꦶꦗꦪ Raden Wijaya, yang gagah berani menghadapi lawan. Mereka adalah ꦥꦿꦗꦸꦫꦶꦠ꧀ prajurit yang berani menghadapi bahaya.
Jadi kata Surabaya memiliki arti ꦧꦼꦫꦤꦶ berani menghadapi ꦧꦲꦪ bahaya (Sura ing Baya dan juga berasal dari kata ini, Sura ing Baya.
Ketiga, nama Surabaya bermakna dan simbo lꦏꦼꦏꦸꦮꦠꦤ꧀ kekuatan dan ꦏꦼꦥꦼꦂꦏꦱꦄꦤ꧀ keperkasaan yang melambangan kewilayahan Surabaya. Bahwa kota Surabaya ini berada pada suatu wilayah yang terdiri dari wilayah darat dan air (laut dan sungai). Di sana digambarkan ada binatang perkasa di laut, yaitu ikan HIU. Sementara di wilayah darat termasuk sungai sungainya ada binatang perkasa yang hidup di dua alam (ampibi), yaitu BUAYA, bukan nyambek apalagi kodok. Binatang BUAYA menjadi ꦱꦶꦩ꧀ꦧꦺꦴꦭ꧀ꦏꦼꦥꦼꦂꦏꦱꦄꦤ꧀ simbol keperkasaan.
Maka, simbol keperkasaan dan kekuatan itu adalah ꦲꦶꦪꦸ HIU dan ꦧꦸꦮꦪ BUAYA yang selanjutnya dipakai sebagai simbol kota Surabaya dengan Tugu Pahlawan di tengah tengahnya yang juga sebagai simbol Keberanian dalam ꦩꦼꦩ꧀ꦥꦼꦂꦠꦲꦤ꧀ꦏꦤ꧀ mempertahankan kedaulatan bangsa
Jadi Surabaya disimbolkan dengan ikan HIU dan binatang BUAYA. Hiu dan Buaya bukan ikan SURO dan BUAYA. Tidak ada ikan yang bernama ikan SURO, yang ada ikan Cakalang, Baronang, Gurame, Mujair dan lain lain.
Ikan atau pisces diklasifikasikan berada di bawah kingdom Animalia, filum Chordata, dan subfilum Vertebrata. Dalam catatan Animalia, di dunia ini tidak ada ikan SURO.
Maka, pahamlah kita sekarang apanyang menjadi latar belakang nama kota Surabaya. Surabaya adalah nama sebuah tempat, nama sifat dan simbol kewilayahan. (nanang PAR).