Gubernur Jenderal Pieter Merkus ꦣꦶꦏꦸꦧꦸꦂ Dikubur Dua Kali di Surabaya.
10 January 2024 | 53 kali
Sejarah By : Nanang Purwono
Omahaksara.id: Surabaya (10/1/24) – Kuburan ini berkontruksi pagar cor besi yang sangat megah, bercorak gotik layaknya bentuk bangunan gereja. Area kuburannya juga luas, paling luas di antara makam makam lain di ꦏꦸꦧꦸꦫꦤ꧀ kuburan Eropa Peneleh.
Tidak hanya itu, konstruksinya relatif utuh. Jika pagar pagar ꦏꦸꦧꦸꦫꦤ꧀ kuburan lainnya sudah banyak yang hilang, maka pagar ‘hanya’ ujung tombaknya yang terlihat sengaja digergaji.
Tidak bercungkup. Hanya catnya yang ‘kalah’ hingga membentuk tekstur bermotif seperti ꦏꦸꦭꦶꦠ꧀ꦧꦸꦮꦪ kulit buaya.
Kuburan siapakah itu?
Inilah kuburan tokoh paling penting di Hindia Belanda (kini Indonesia), ꦒꦸꦧꦼꦂꦤꦸꦂꦗꦼꦤ꧀ꦝꦼꦫꦭ꧀ Gubernur Jenderal Pieter Merkus. Jabatan kelas presiden di negara jajahan.
Sosoknya sebagaimana tertulis pada nisan besi cor yang terjemahannya berbunyi:
“Paduka Mr. Pieter Merkus, komandan orde Nederlandsche Leeuw, Ksatria Legiun Kehormatan Perancis, Gubernur Jendral Hindia Belanda, Panglima Angkatan Darat dan Angkatan Laut di sebelah timur Tanjung Harapan dan seterusnya, wafat di rumah Simpang tanggal 2 Agustus 1844”
Tertulis dengan jelas bahwa ia ꦮꦥ꦳ꦠ꧀ wafat tahun 1844. Padahal, makam Belanda Peneleh ini dibuka tanggal 1 Desember 1847. Ada selang 3 tahun antara kematian Merkus dan dibukanya pemakaman ini. Dimanakah jasad Merkus selama 3 tahun itu?
Makam Peneleh
Dibukanya Makam Peneleh ini memang tidak luput dari sejarah keberadaan makam makam Belanda sebelumnya di ꦏꦺꦴꦠꦭꦩ Kota Lama.
Kota lama Soerabaia, yang biasa disebut Benedenstad, adalah kota Belanda yang dipagari oleh ꦠꦺꦩ꧀ꦧꦺꦴꦏ꧀ tembok. Batas batas ini meliputi: bagian selatan membujur jalan Roomachekatolik Kerk (jl. Cendrawasih dan Merak), batas barat Oost Krembangan straat (jl. Krembangan Timur sampai jalan Elang), batas utara School straat atau Bank straat (jl. Garuda) dan batas timur adalah batas alamiah yaitu Kalimas.
Awalnya, ketika ada orang yang meninggal, jenazah dimakamkan di sekitar tempat tinggal atau di sekitar gereja.ꦒꦼꦫꦺꦗꦥꦿꦺꦴꦠꦺꦱ꧀ꦠꦤ꧀ Gereja Protestan pertama di Benedenstad Soerabaia berada di bagian ujung gedung international di Jl Rajawali Surabaya.
Namun pada 25 Januari 1793, ꦏꦼꦥꦭꦩꦏꦩ꧀ kepala makam mengumumkan penutupan makam area Gereja. Menurut buku Oud Soerabaia, karya GH von Faber, pemakaman baru diresmikan di Krembangan. Lokasi saat itu di luar tembok kota.
Saat ini lokasinya berdiri menara PDAM. Tidak ada makam sama sekali, hanya menyisakan nama jalan ꦏꦿꦼꦩ꧀ꦧꦔꦤ꧀ꦩꦏꦩ꧀ Krembangan Makam.
Setelah 4O tahun (1833), ꦏꦿꦼꦩ꧀ꦧꦔꦤ꧀ꦩꦏꦩ꧀ makam Krembangan penuh karena setiap makam berlomba lomba menunjukkan kemewahan dan sosial status. Karenanya setiap kuburan memakan lahan yang luas.
Karenanya Majelis Gereja pada tahun 1835 meminta kepada Residen Soerabaia untuk mencari lahan baru. Lantas ditawarkan lah lahan di ꦏꦸꦥꦁ Kupang. Lokasi ini dirasa terlalu jauh dari kota. Rencana sempat mandek sampai lahan Krembangan makin sempit.
Pada 1839, lahan Eropa Krembangan benar-benar tidak bisa digunakan. Namun dipaksa terus hingga 1846.
Pada 26 Februari 1846, pemerintah menyediakan dana 10.000 gulden untuk membuka lahan baru dan didapat di desa Peneleh. Dana itu untuk pengurukan lahan, pembuangan air dan pembangunan akses jalan. Lalu Agustus 1847 lahan sudah siap dan tepat pada 1 Desember 1847 pemakaman Eropa di Peneleh dibuka.
Sejak itu, banyak makam orang penting dipindah dari ꦏꦿꦼꦩ꧀ꦧꦔꦤ꧀ Krembangan ke Peneleh.
Bagaimana dengan Pieter Merkus yang meninggal tahun 1844?
Menurut informasi koran Indisch Courant yang terbit pada 21 Agustus 1844 bahwa Pieter Merkus, yang wafat di Huize van Simpang (sekarang Grahadi) pada 2 Agustus 1844, selanjutnya dimakamkan di komplek Benteng (Citadel) Surabaya pada 5 Agustus.
Karena, di desa Peneleh telah dibuka komplek pemakaman baru, maka petinggi ini dipindah dari Benteng ke Peneleh.
Maka jelaslah bahwa Pieter Merkus, yang meninggal tahun 1844, kemudian ꦣꦶꦩꦏꦩ꧀ꦏꦤ꧀ dimakamkan di Peneleh pada 1847, setelah pembukaan makam ini. (Nanang PAR)