ꦄꦩ꧀ꦱ꧀ꦠꦼꦂꦝꦩ꧀ Amsterdam Punya Kisah di Balik Nama Jalan (Indonesia).

18 January 2024 | 181 kali
Sejarah By : Nanang Purwono

Omahaksara.id: Surabaya (17/1/24) – Sudah saatnya kawasan ꦏꦺꦴꦠꦭꦩꦯꦸꦫꦨꦪ    kota lama Surabaya, khususnya bagian kampung Eropa (Belanda), ditata dan dipromosikan nilai sejarahnya. Sehingga kawasan bersejarah ini membawa manfaat lebih bagi dunia pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian, kebudayaan dan pariwisata serta perekonomian.

Jalan Mliwis, salah satu sudut Kampung Eropa Surabaya. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Revitalisasi dan penataan Kampung Eropa yang sedang dilakukan ꦥꦼꦩꦼꦫꦶꦤ꧀ꦠꦃꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ pemerintah kota Surabaya ini bukan berarti melanggengkan nilai nilai kolonialisasi. Bukan. Tapi Kampung Eropa Surabaya sungguh menyimpan sejuta kisah peradaban dan tata pemerintahan kota modern di zamannya, abad 18 !

Selama ini nilai kesejarahan Jembatan Merah dan Gedung Internatio melekat dengan sejarah ꦥꦼꦂꦠꦼꦩ꧀ꦥꦸꦫꦤ꧀ꦯꦸꦫꦨꦪ pertempuran Surabaya di tahun 1945. Tidak salah dan itu adalah fakta. Brigadier AWS Mallaby tewas di dekat Jembatan Merah pada 30 Oktober 1945, yang buntutnya pecah perang 10 November 1945.

Secara administratif di kawasan inilah, sebuah ꦱꦶꦱ꧀ꦠꦺꦩ꧀ꦄꦣ꧀ꦩꦶꦤꦶꦱ꧀ꦠꦿꦱꦶ sistem administrasi sebuah kota modern itu bermula. Yang memboyong sistem ini adalah bangsa Eropa (Belanda) ketika mereka mulai menata tata ruang dan masyarakatnya di pertengahan abad 18. 

Peta kota Surabaya di pertengahan abad 18. Foto: dok PAR/omahaksara.id

Kala itu, secara fisik, infrastruktur dan fasilitas serta utilitas kota mulai dibangun dan ditata. Ada jalan, jembatan, bangunan kantor pemerintah, perdagangan, perbankan, notaris dan bahkan gereja. Ada juga pelabuhan kali. Ada alun alun, yang diberi nama Willemsplein. ꦠꦠꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ Tata kota Surabaya modern ini serupa dengan tata kota Eropa, salah satunya adalah kota Amsterdam di Belanda.

Di tepi barat sungai Kalimas inilah situs ꦏꦺꦴꦠꦧꦼꦭꦤ꧀ꦝꦯꦸꦫꦨꦪ Kota Belanda Surabaya (Stad van Soerabaia). Peta tahun 1750 menunjukkan seperti apa kota Eropa Surabaya. Kotanya berkalang tembok yang lengkap dengan penjagaan militer. Di dalam area tembok terpetak petak oleh jalan, yang hingga sekarang masih dapat dilihat dan dilewati.

Gerbang Selatan Kampung Eropa Surabaya. Foto: kominfo kota surabaya/omahaksara.id

Sekarang di tahun 2024, bagaimana pula jejaknya? Semua masih membekas dengan jelas. Untuk memberikan arti dan transformasi nilai nilai itu, perlu ada ꦫꦺꦮ꦳ꦶꦠꦭꦶꦱꦱꦶ revitalisasi yang serius dan terarah. Agar tepat sasaran, maka upaya revitalisasi harus mengenal kesejarahan kawasan ini sehingga apa yang akan ditransformasikan melalui revitalisasi bisa tepat sasaran.

Salah satu media ꦠꦿꦤ꧀ꦱ꧀ꦥ꦳ꦺꦴꦂꦩꦱꦶ transformasi itu adalah media papan nama jalan (sign street name board). Dalam satu frame papan nama bisa memuat nama jalan dengan Aksara Jawa, aksara latin, nama dahulu di era Belanda dan terjemahannya. Dengan demikian, melalui bingkai nama jalan, sejarah kampung Eropa Surabaya bisa disajikan dengan apik.

 

Kawasan Kampung Indonesia

Kabar revitalisasi kawasan kota Eropa Surabaya sudah sampai negeri ꦏꦶꦚ꧀ꦕꦶꦂꦄꦔꦶꦤ꧀ Kincir Angin. Seorang heritage profesional asal Indonesia yang sudah menetap di Belanda, Hasti Tarekat, menanggapi dinamika kota Surabaya yang terus berbenah dalam menjaga aset cagar budaya dan sejarahnya.

Penulis ketika melihat kawasan bersejarah di Belanda. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Hasti Tarekat mengikuti perkembangan ꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ kota Surabaya melalui media budaya, omahaksara.id yang fokus menyajikan berita dan artikel tentang sejarah dan budaya. 

“Misinya bagus dan bagian dari edukasi publik. Sebaiknya didukung dengan sumber informasi  tentang nama nama jalan yang mudah diakses oleh masyarakat. Diꦄꦩ꧀ꦱ꧀ꦠꦼꦂꦝꦩ꧀   Amsterdam Timur ada contohnya. Sebentar ya saya carikan”, jelas Hasti, yang selanjutnya menunjukkan link yang memuat contoh pengelolaan kawasan bersejarah yang terkait dengan Indonesia.

Tangkapan layar Oostcast.nl. Foto: oostcast.nl/omahaksara.id

Link itu adalah www.oostcast.nl/straatnamen-indische-buurt. Oostcast adalah sebuah laman yang membahas kisah kisah yang kurang terekspos di balik nama nama jalan di     ꦄꦩ꧀ꦱ꧀ꦠꦼꦂꦝꦩ꧀ Amsterdam. Fokus utamanya adalah pada sejarah kolonial dan cerita cerita dari tempo dulu hingga sekarang.

Signage tentang Indonesia di Amsterdam. Foto: oostcast.nl/omahamsterdam.id

Cara, yang dilakukan di kota ꦄꦩ꧀ꦱ꧀ꦠꦼꦂꦝꦩ꧀ Amsterdam ini, bisa menjadi contoh bagi kota Surabaya dalam upaya revitalisasi Kawasan Kampung Eropa. Yaitu nama nama jalan yang pernah dipakai pada masa lalu (era Belanda) bisa ditampilkan kembali berdampingan dengan nama sekarang dan diberi ulasan historisnya.

Gambaran dan narasi Indonesia di kota Amsterdam. Foto: oostcast.nl/omahaksara.id

Selain nama jalan dalam bentuk papan nama, juga bisa ditambahkan signage untuk menambah narasi tentang kawasan kota Eropa. Kalau di ꦄꦩ꧀ꦱ꧀ꦠꦼꦂꦝꦩ꧀  Amsterdam ada Kawasan Indonesia, sehingga yang ditampilkan adalah sejarah Indonesia. Surabaya bisa mencontohnya bagaimana mengelola kawasan bersejarahnya.

 

Apa Menurut Ketua TACB Surabaya?

Gagasan pemasangan papan nama jalan sebagai signage di kawasan Kampung Eropa Surabaya dalam upaya revitalisasi juga mendapat tanggapan dari Ketua TACB, ꦉꦠ꧀ꦤꦺꦴꦲꦱ꧀ꦠꦶꦗꦤ꧀ꦠꦶ Retno Hastijanti.

Rumah dari abad 19 masih berdiri kokoh di kampung Eropa Surabaya. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Menurutnya, pada dasarnya pemberian format yang khas pada nama jalan, sangat membantu untuk menonjolkan ꦏꦫꦏ꧀ꦠꦼꦂꦭꦶꦁꦏꦸꦔꦤ꧀ karakter lingkungan setempat. Format nama jalan yang bisa dikembangkan antara lain adalah dengan memberi penulisan dengan huruf lain; penggunaan model huruf/font lain; penggunaan bahasa /sebutan lain; hingga desain papan jalan dan warna papan yang unik dan menarik. Dengan demikian, jalan tersebut  mudah untuk diingat oleh pengguna nya. 

“Namun perlu diingat pula, besar ꦥꦥꦤ꧀ papan yang proporsional, penulisan yang simple dan warna serta bentuk tampilan papan yang eye catching, sangat diperlukan juga agar tidak merusak rona lingkungan”, jelas   Retno Hastijanti.

Jalan Branjangan dahulu bernama Boomstraat. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Hasti menambahkan bahwa penggunaan format dengan konten tulisan yang mewadahi Aksara Jawa, ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦭꦠꦶꦤ꧀ Aksara Latin (Indonesia dan Belanda) sangat unik. Karenanya ukuran papan nama harus disesuaikan agar pantas dan proporsional. Tidak terlalu lebar sehingga  tidak menutupi fasade bangunan atau menutupi rambu rambu lain yang berada di dekatnya. 

Selain konten ,ꦠꦶꦪꦁꦗꦭꦤ꧀ tiang jalan ini juga bisa didesain unik sehingga menjadi kekhasan di area ini.

“Jangan terlalu lebar dan ꦏꦺꦴꦤ꧀ꦱ꧀ꦠꦿꦸꦏ꧀ꦱꦶ konstruksi tiangnya juga harus kuat dan juga jangan sampai mengganggu pedestrian” pungkas Hasti. (nanang PAR).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *