Jalur Rempah di Tapak ꦩꦲꦱꦶꦱ꧀ꦮ Mahasiswa Jerman
9 March 2024 | 60 kali
Umum By : Nanang Purwono
Omahaksara.id: Surabaya (9/3/24) – Masih ada jejak kekayaan rempah nusantara di Surabaya mulai dari yang bersifat alami, ekonomi, historis hingga arkeologi. Di era ꦩꦗꦥꦲꦶꦠ꧀ Majapahit (abad 15) dengan kekuatan maritimnya, ada salah satu gugus armada di bawah komando Laksamana Nala, yang bertugas menjaga lalu lalang transportasi pengangkut rempah rempah mulai dari pedalaman Jawa hingga kawasan Timur Nusantara dan sebaliknya. Gugus Armada ini berjaga di perairan Laut Jawa.
Sebanyak 33 mahasiswa dari Universitas Philips Marburg, Jerman berkunjung ke kawasan historis yang sekarang dikenal dengan nama ꦏꦩ꧀ꦥꦸꦁꦩꦼꦭꦪꦸ Kampung Melayu dan Kampung Ampel pada Jumat (8/3/24). Di kawasan inilah jejak rempah itu tertoreh kan dan di sini pulalah magnet peradaban itu menarik mahasiswa Eropa ini.
Titik pertama yang mereka jejaki adalah jalan Panggung sisi selatan, tepatnya di sebuah toko rempah rempah yang menjual tidak kurang dari 100 jenis rempah rempah dari belahan nusantara. Memasuki toko, aroma ꦉꦩ꧀ꦥꦃꦉꦩ꧀ꦥꦃ rempah rempah langsung menyapa hidung. Khas aroma Indonesia yang secara umum dikatakan aroma Nusantara.
Sebagian dari para mahasiswa ini sudah kenal rempah rempah nusantara khususnya cengkih dan kayu manis. Cengkih dikenal sebagai campuran untuk rokok kretek dan ꦏꦪꦸꦩꦤꦶꦱ꧀ kayu manis menjadi campuran essen makanan dan kue untuk Natal. Karenanya, ada diantara mereka yang membeli kayu manis dan cengkeh sebagai oleh oleh dari Surabaya yang menjadi jejak jalur rempah Nusantara.
“Ya, kami menggunakan ꦏꦪꦸꦩꦤꦶꦱ꧀ kayu manis untuk aroma kue di musim Natal”, jelas Meika Roesler, mahasiswi Jerman.
Sementara itu, dosen pembimbing Markus Hassler membawa oleh oleh berupa sebungkus ꦕꦼꦁꦏꦺꦃ cengkeh yang bisa digunakan sebagai campuran kopi atau teh panas.
Keberadaan cengkeh sebagai produk Nusantara ini diperkuat oleh relief yang disematkan pada badan gapura di komplek ꦱꦸꦤꦤ꧀ꦄꦩ꧀ꦥꦺꦭ꧀ Sunan Ampel. Diawali dari gapura Munggah yang berdiri menghadap jalan Sasak. Ini adalah gapura paling selatan. Di badan gapura ini terpahat relief bunga cengkeh. Selain pada gapura Munggah, ada pula gapura Mengadep dengan relief cengkeh dan daun cengkeh. Ada lima gapura di komplek Ampel sebagai cerminan 5 Rukun Islam.
Menurut pemandu wisata, ꦥꦸꦂꦮꦤ Purwono, yang membersamai para mahasiswa ini, relief cengkeh pada gapura Sunan Ampel ini bagai cap (stempel) legitimasi produk nusantara yang telah diperkenalkan pada era Sunan Ampel. Menurut Profesor ꦱꦸꦥꦂꦠꦮꦶꦗꦪ Suparto Wijoyo relief bunga dan daun cengkeh ini adalah pesan kepada generasi penerus bahwa cengkeh sudah dikenal di Nusantara dan merupakan produk perkebunan Nusantara.
“Produk ini harus dijaga dan dibudidayakan”, tambah Suparto Wijoyo yang ditemui di kebun cengkeh di Wonosalam beberapa waktu lalu.
Di sekitar masjid Ampel, para mahasiswa Jerman menyaksikan adanya simbol multikultural. Yaitu mahkota Hindu di atas ꦩꦺꦫꦸ Meru (bentuk atas khas Hindu Jawa) yang menjadi atap masjid Ampel. Keragaman etnis juga masih terlihat dengan hadirnya jamaah ke masjid dan makam Sunan Ampel. (nanang)