Peserta Sinau Aksara Jawa ꦠꦼꦂꦩꦸꦣ Termuda

24 March 2024 | 101 kali
Umum By : Nanang Purwono

Omahaksara.id: Sabrina Nafisa (7), siswi SD Islam Al Amin adalah peserta termuda dalam kelas Sinau Aksara Jawa, yang digelar oleh ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni. Berbeda dengan peserta dewasa atau mereka siswa siswi SMA dan sederajat yang selama ini mengikuti kelas Aksara Jawa di gedung Museum Pendidikan Surabaya, Sabrina menerima lembar kerja berupa buku gambar mewarnai Aksara Jawa.

Maklum, anak seusia ꦱꦧꦿꦶꦤꦤꦥ꦳ꦶꦱ Sabrina Nafisa belum mendapatkan pelajaran Aksara Jawa di sekolah. Demikian kata Ginanjar sebagai salah satu pengajar Sinau Aksara Jawa, yang juga guru SMK Negeri 7 Surabaya. Dengan duduk di kursi pojok, bersebelahan dengan ayahnya, John Pierce, expatriat asal Amerika, Sabrina terlihat sibuk mewarnai Aksara Jawa HA (ꦲ) dengan pensil warna.

Dengan cara mewarnai seperti ini, anak anak dituntun mengenali anatomi ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ aksara Jawa secara empiris. Dengan sendirinya, selain bisa mengenal cara menulis, seorang anak bisa membacanya. Materi ini digunakan untuk menyesuaikan level pembelajar. ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni memang membuat silabis sendiri, yang dijadikan dasar dan acuan pembelajaran Aksara Jawa. Karenanya, seperti pada kelas hari sabtu (23/3/24), begitu ada peserta baru, panitia sudah siap.

Menurut Ita Surojoyo, pengajar dan sekaligus Pendiri ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, materi pengajaran untuk anak anak didapatkan dari kolaborasi dengan komunitas Aksara Jawa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sega Jabung. Di sepanjang jalannya kegiatan belajar, Sabrina terlihat asyik mewarnai Aksara Ha (ꦲ).

Sementara, menurut John Pierce, ayahanda, menilai bahwa kegiatan Sinau ini memberikan kesempatan pada dirinya untuk mengenal Aksara Jawa. Baginya, yang lebih penting adalah putrinya bisa mengenal Aksara Jawa sebagai bagian dari mengenal dan melestarikan ꦧꦸꦣꦪꦗꦮ Budaya Jawa.

Expatriate Australia

Seperti yang pernah disampaikan oleh ꦏꦸꦫꦠꦺꦴꦂꦩꦸꦱꦺꦪꦸꦩ꧀ kurator museum M.T. Agus, UPTD Museum, kegiatan pendidikan berupa Sinau Aksara Jawa ditempatkan dalam ruang museum dengan tujuan pengunjung bisa berinteraksi baik melihat atau pun ikut bergabung belajar.

Elena William (kanan) dan Elisa (tengah) dan Wiji, pengajar (kiri).

Ternyata kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh dua expatriat asal ꦎꦴꦱ꧀ꦠꦿꦭꦶꦪ Australia: Elena William dan Elisa yang tinggal di Yogyakarta. Elena berasal dari kota Canberra dan Elisa dari kota Melbourne. Mereka mengatakan tidak sengaja bisa menjumpai kegiatan edukasi di museum Pendidikan.

Lagi pula mereka bisa berinteraksi menjajal menulis Aksara Jawa. Di Yogyakarta, mereka sudah tidak asing dengan Aksara Jawa.

“Di sana sudah ada Aksara Jawa untuk nama jalan, seperti di jalan Malioboro”, jelas Elena.

Elisa, expatriate asal Canberra Australia memang sudah fasih bicara bahasa Indonesia. “Saya sudah 10 tahun di Yogyakarta dan saya mengajar di UGM. Tapi belum pernah belajar menulis Aksara Jawa”, jelas Elena

Wiji, salah satu pengajar ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, menjelaskan singkat tentang Aksara Jawa dan upaya komunitas Rajapatni dalam hal pengajaran Aksara Jawa. Mendengar penjelasan Wiji, Elena bertanya apakah ada komunitas seperti Rajapatni di Yogyakarta.

“Oh, ada. Namanya Sega Jabung”, jelas Wiji singkat.

Malah Elena mendukung kegiatan yang dilakukan Rajapatni di dalam museum Pendidikan ini. Elisa menambahkan bahwa kegiatan ini semakin menghidupkan museum. Ada korelasi yang erat antara kegiatan edukasi ini dengan semangat ꦩꦸꦱꦺꦪꦸꦩ꧀ꦥꦼꦤ꧀ꦝꦶꦣꦶꦏꦤ꧀ Museum Pendidikan. “Ini cara kami mendekatkan Museum dengan pengunjung”, pungkas Agus secara terpisah. (nanang).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *