Setiap orang punya ꦱꦻꦴꦣꦫꦏꦼꦩ꧀ꦧꦂ saudara kembar yang kasat mata.

31 January 2024 | 195 kali
Fitur By : Nanang Purwono

Omahaksara.id: Surabaya (31/1/24) – Dalam ꦏꦸꦭ꧀ꦠꦸꦂꦗꦮ kultur Jawa masih dipercaya bahwa setiap orang memiliki saudara kembar. Saudara kembar ini tidak lain adalah unsur biologis yang terlahir dari seorang ibu. Sehingga bayi terlahir dimuka bumi tidak sendirian. Melainkan ada yang menemani. Mereka adalah air ketuban (kakang kawah), plasenta (adi ari ari), serta darah. Empat unsur ini: air ketuban, bayi, ari ari dan darah adalah senyawa biologis.

Bayi dan ari ari, saudara kembar. Foto: mooimom/omakaksara.id

Kecuali si bayi, keberadaan ari ari (adik si bayi) sangat kasat mata. Namun demikian, kelahirannya di muka bumi menjadi pelindung bagi si bayi hingga ꦣꦺꦮꦱ dewasa.

Dikutip dari era.id, Arkeolog dan Sejarawan Nusantara, Dwi Cahyono dalam penelitian yang berjudul “Ari-Ari, Relasi “Paseduluran” pada Konsepsi Jawa tentang Kelahiran Jabang Bayi”, memaknai mantra Jawa yang berbunyi: Marmarti Kakang Kawah Adi Ari-ari, Getih Otot Puser, kadang ingsun papat kalimo pancer, Kadang Ingsun kang kang ꦏꦠꦺꦴꦤ꧀ katon lan kang ꦎꦫꦏꦠꦺꦴꦤ꧀ ora katon. 

Ari ari menjadi sosok ꦏꦼꦩ꧀ꦧꦫꦤ꧀ kembaran yang menyertai si bayi dalam wujud yang kasat mata.

 

Konsep Kakang Kawah Adi Ari-Ari.

Berikut uraian yang dikutip dari era.id. Plasenta pasca kelahiran anak, yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai “ari-ari”. Sejarawan Zoetmulder mencatat jika kata tersebut sudah ada dalam Bahasa Jawa Kuna dan Jawa Tengahan, yang secara harfiah berarti :ꦄꦣꦶꦏ꧀ꦭꦏꦶꦭꦏꦶꦄꦠꦻꦴꦥꦼꦉꦩ꧀ꦥꦸꦮꦤ꧀ adik laki- laki atau perempuan.

Bayi dan plasenta awalnya satu kesatuan biogis. Foto: mooimom/omahaksara.id

Mengapa plasenta disebut ari-ari? Saat proses kelahiran plasenta keluar dari ꦫꦲꦶꦩ꧀ rahim setelah lahirnya bayi, sehingga dipahami sebagai adik yang “lebih muda usia’, dan karenanya digunakan kata sapaan “ari” atau “adi”.

Ari-ari berbeda dengan ketuban yang dalam bahasa Jawa disebut ꦏꦮꦃ “kawah“. Ketuban keluar lebih awal dari bayi, sehingga kata sapaannya adalah “kakang (kakak)”.

Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat  semacam relasi paseduluran antara ketuban (kawah), bayi, dan plasenta (ari-ari) pada sebutan ꦏꦏꦁꦏꦮꦃꦄꦣꦶꦄꦫꦶꦄꦫꦶ “kakang kawah adi ari-ari”.

Hubungan persaudaraan antara bayi dengan ari-ari juga tercermin pada anggapan ꦩꦱꦾꦫꦏꦠ꧀ꦗꦮ masyarakat Jawa bahwasanya ari- ari adalah “saudara kembar” si jabang bayi. Dalam perkembangan tumbuhnya si jabang bayi menjadi manusia dewasa, Adi ari-ari selalu menyertainya dan melindunginya. Si bayi (manusia) dan ari ari (adik kandung yang kasat mata) terus berdampingan dalam ruang dan waktu.

Selain itu, ꦩꦱꦾꦫꦏꦠ꧀ꦗꦮ masyarakat Jawa percaya jika ada hubungan “gaib” antara jabang bayi dengan ari-arinya. Relasi keduanya dapat dijumpai pada sebutan “butur (yang mene- mani)” ari-ari, yang kemudian memunculkan keyakinan sebagai “bature bayi”.

 

Relasi Manusia dengan Ari-Arinya.

Hubungan antara seorang individu atau manusia dengan plasentanya tidak serta-merta berakhir pada momen kelahiran. ꦏꦼꦠꦸꦧꦤ꧀  Ketuban (kawah) yang mendahului dan plasenta (ari-ari) yang mengikuti kelahiran nanti dipandang sebagai saudara atau “sedulur” dari bayi atau seseorang manakala dewasa.

Dengan demikian, “kakang kawah adi ari-ari” menegaskan relasi “paseduluran’ atau persaudaraan. Relasi kekeluargaan diantaranya yang berlangsung panjang tercatat dalam Suluk Kidung Kawedar, Kidung Sarira Ayu yang oleh penganut kepercayaan Jawa dipercayai sebagai ciptaan Kanjeng ꦱꦸꦤꦤ꧀ꦏꦭꦶꦗꦒ Sunan Kalijaga.

Kidung tersebut pada bait 41 dan 42 tersurat “Sedulur Papat Kelimo Pancer” yang memuat petunjuk tentang saudara manusia yang merawat dengan hati-hati dan memelihara berdasarkan kekuasaannya.

Kemudian wujud ketuban (kawah) sebagai kakak (kakang) adalah penjaga badan sesuai  kehendak dengan kuasanya. Lalu “adik” berwujud ari-ari ꦩꦼꦩꦪꦸꦔꦶ memayungi perilaku berdasar arahannya.

Ketiga ada darah (getih), yang siang dan malam membantu Sang Pencipta mewujudkan kehendak-Nya. Selanjutnya ada pusar kekuasaan adalah memberikan perhatian dengan kesungguhan untuk memenuhi permintaan yang bersangkutan. 

Keempat saudara tersebut (kawah, ari- ari, darah, dan pusar) menyatu diri atau “mancer” dan menjadi yang kelima yang disebut sebagai “manunggal”.

Sedulur Papat Kalima Pancer, dengan demikian memiliki makna ꦱ꧀ꦥꦶꦫꦶꦠꦸꦮꦭ꧀ spiritual yang mendalam yang terdiri dari lima elemen dasar yang berkenaan dengan kelahiran seorang.

Manusia lahir tidak lepas dari empat ꦣꦸꦥ꧀ꦭꦶꦏꦱꦶ duplikasi yang menyertai. Duplikasi itu yang kemudian dimaknai sebagai “sedulur” atau saudara tidak kasat mata. Keempat saudara tersebut terdiri atas kawah (watman), ari-ari (wahman), darah (rahman), dan puser (ariman).

Itulah sebabnya setiap orang memiliki ꦱꦻꦴꦣꦫꦏꦤ꧀ꦝꦸꦁ saudara kandung yang keberadaannya kasat mata. (nanang PAR)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *