Obrolan Warung Hasilkan ꦒꦒꦱꦤ꧀ꦱꦼꦒꦂ Gagasan Segar
26 December 2023 | 87 kali
Fitur By : Nanang Purwono
Omahaksara.id: Surabaya (26/12/23) – Upaya ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦸꦩꦶꦏꦤ꧀ membumikan Aksara Jawa pasca kebijakan Walikota Surabaya mengenai Penggunaan Aksara Jawa di lingkungan perkantoran Pemerintah Kota Surabaya terus ꦧꦼꦂꦒꦸꦭꦶꦂ bergulir. Upaya ini disambut oleh kalangan non pemerintah.
Selain oleh Yayasan Muslim Surabaya dengan kegiatan Pelatihan Membatik beraksara Jawa pada 23-25 Desember 2023, ternyata di kawasan ꦏꦺꦴꦠꦏꦮꦏ꧀ꦯꦸꦫꦨꦪ Kota Kawak Surabaya juga ada penggunaan Aksara Jawa untuk nama kedai. Namanya ꦄꦁꦏꦿꦶꦔꦤ꧀ꦧꦭꦣꦺꦮ Angkringan Baladewa, yang berada di jalan Jembatan Merah Surabaya.
Penggunaan Aksara Jawa ini adalah wujud ꦏꦼꦱꦣꦫꦤ꧀ kesadaran warga Surabaya atas nilai nilai yang terkandung di balik aksara Jawa. Aksara Jawa menyimpan banyak nilai nilai ꦥ꦳ꦶꦭꦺꦴꦱꦺꦴꦥ꦳ꦶꦏꦼꦲꦶꦣꦸꦥꦤ꧀ filosofi kehidupan. Salah satunya adalah bahwa aksara jawa ditulis menggantung dari garis, yang artinya bahwa manusia hidup masih dalam ꦏꦼꦠꦼꦂꦒꦤ꧀ꦠꦸꦔꦤ꧀ ketergantungan, utamanya kepada Tuhan YME.
Aksara Jawa mengingatkan ꦲꦏꦺꦏꦠ꧀ hakekat hidup. Aksara Jawa tidak sekedar goresan dan jika antar aksara tersusun menjadikan sebuah makna. Selain itu aksara Jawanya sendiri adalah ꦩꦏ꧀ꦤ makna. Meski Aksara Jawa bukanlah ꦣꦺꦮ dewa.
Seorang pengelola kedai, yang buka di Jalan Jembatan Merah, kawasan ꦏꦺꦴꦠꦏꦮꦏ꧀ Kota Kawak (kota tua) Surabaya mengatakan bahwa Aksara Jawa adalah sebuah ꦱꦶꦩ꧀ꦧꦺꦴꦭ꧀ simbol jati diri.
ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮꦆꦏꦸꦫꦏ꧀ꦱꦶꦩ꧀ꦧꦸꦭꦺꦮꦺꦴꦁꦗꦮ꧈ꦩꦱ꧀ “Aksara Jawa iku rak simbule wong Jowo, mas”, katanya santai sambil membuatkan wedang secang.
Sore itu cuaca Surabaya (26/12/23) ꦩꦼꦤ꧀ꦝꦸꦁ mendung dan cocok untuk menikmati suasana ꦱꦼꦚ꧀ꦗ senja Kota Kawak Surabaya. Namun matahari senja sepertinya tidak mungkin keluar. Cuaca redup. Meskipun demikian, tampilah papan nama berukuran 70 cm X 150 cm, yang berhias aksara Jawa dan berbunyi Angkringan Baladewa, terliha tꦠꦼꦫꦁ terang.
Di bawahnya ada keterangan sedia makanan dan minuman ꦫꦮꦺꦴꦤ꧀ꦒꦸꦭꦺ꧈ꦏꦺꦴꦥꦶꦣꦤ꧀ꦮꦺꦣꦁ rawon, gule, kopi dan wedang jahe. Djl. Jembatan Merah 09 (Roodebrug).
Obrolan Warung
Di warung yang berbeda tapi masih di Kawasan Kota Kawak Surabaya, tepatnya di warung dekat kantor redaksi ꦫꦣꦂꦯꦸꦫꦨꦪ Radar Surabaya di jalan Kembang Jepun, di sana berdiskusilah antara Pimpinan Redaksi (Pimred) Radar Surabaya, wartawan Radar dengan Ketua Puri Aksara Rajapatni mengenai upaya pemajuan Aksara Jawa di Surabaya.
Bahwa Aksara Jawa di Surabaya bergerak dengan cepat dari atas ke bawah (top down) sehingga di beberapa tempat, Aksara Jawa sudah menjadi ꦥꦼꦁꦲꦶꦪꦱ꧀ penghias. Bangunan menjadi lebih ꦆꦤ꧀ꦝꦃ indah dan ꦕꦤ꧀ꦠꦶꦏ꧀ cantik dipandang. Namun kebanyakan warga masih asing.
Menurut ꦤꦺꦴꦥ꦳ꦶꦭꦮꦠꦶꦄꦤꦶꦱ Nofilawati Anisa, Pemimpin Radar Surabaya dalam sebuah obrolan warung berpendapat bahwa perlu upaya gerakan dari akar bawah. Masyarakat perlu mendapat bimbingan dalam belajar Aksara Jawa: menulis dan membaca agar selaras dengan kebijakan pemerintah ꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ kota Surabaya.
“Masyarakat umum tidak kembali lagi ke sekolah untuk belajar Aksara Jawa. Tapi di sekolahan masih ada pelajaran Aksara Jawa, kan?” tanya Nofilawati.
Anak muda, menurut Nofilianti, semakin jauh dari aksara Jawa. Dia berharap pembelajaran di sekolah harus lebih ꦩꦼꦚꦼꦤꦁꦏꦤ꧀ menyenangkan untuk ꦄꦤꦏ꧀ꦩꦸꦣ anak muda. Jika tidak, mereka akan semakin jauh. Mungkin pola pembelajaran yang kurang enak, duga Nofilianti.
“Anak saya bilang bahwa kalau ada ujian bahasa Jawa di sekolah, asal tidak ada materi aksara Jawanya”, terang Novilianti tentang pandangan anaknya terhadap Aksara Jawa. Aksara Jawa seolah menjadi mata pelajaran yang ꦩꦼꦤꦏꦸꦠ꧀ꦏꦤ꧀ menakutkan.
Jika untuk anak sekolah, maka sekolah lah yang menjadi tempat ꦔꦁꦱꦸꦏꦮꦿꦸꦃ ngangsu kawruh. Bagaimana dengan masyarakat umum?
Karenanya, belum lama ini hadir sebuah komunitas budaya, Rajapatni, yang fokus pada pembelajaran Aksara Jawa dengan kegiatan belajar menulis dan membaca serta diskusi ꦏꦼꦄꦏ꧀ꦱꦫꦄꦤ꧀ keaksaraan Jawa. Komunitas ini terbuka untuk umum: pelajar, ꦩꦲꦱꦶꦱ꧀ꦮ mahasiswa dan umum.
Jadwal dan isi kegiatan sedang digarap dan diolah oleh tim ꦫꦗꦥꦠ꧀ꦤꦶ Rajapatni dan akan diumumkan melalui medsos Rajapatni: IG dan Facebook.
Nofilianti, Pimred Radar Surabaya, menyambut hadirnya Rajapatni dalam rangka menguatkan keberadaan Aksara Jawa di Surabaya. Dari ꦎꦧꦿꦺꦴꦭꦤ꧀ꦮꦫꦸꦁ obrolan warung, maka muncullah sebuah gagasan segar untuk publik Surabaya, khususnya kalangan muda, dalam bentuk sebuah lomba. Lomba apakah itu?
Gagasan ini akan dimatangkan dalam bentuk konsep kegiatan bersama antara Radar Surabaya dan Puri Aksara Rajapatni. (nanang PAR).