Aksara Jawa menjadi ꦫꦸꦃ Ruh Dalam Karya Lukis

29 December 2023 | 116 kali
Fitur By : Nanang Purwono

Omahaksara.id: Surabaya (29/12/23) + Wijiologi, begitu nama itu tertulis pada kanvas untuk memberikan identitas  ꦥꦼꦭꦸꦏꦶꦱ꧀  penulis  pada karya lukis yang bernafaskan Aksara Jawa. Si empunya identitas itu adalah  ꦮꦶꦗꦶꦈꦠꦩ   Wiji Utomo, arek Surabaya dari Kedung Rukem II Surabaya. Malam itu Nanang Purwono, Ketua Puri Aksara Rajapatni, komunitas Aksara Jawa, sengaja mendatangi tempat tinggal Wiji Utomo. Lokasinya relatif mudah. Mulut gang Kedung Rukem II menghadap Jalan Kedungdoro.

Malam itu, kamis 28 Desember 2023, mendung bergelayut di atas kota. Pertanda ꦲꦸꦗꦤ꧀ hujan akan datang. Begitu mendapati alamat rumahnya, Nanang dipersilakan masuk dan duduk lesehan santai. Obrolan pun dimulai dengan santai pula. 

Wiji Utomo, pelukis aliran surealis yang mengusung tema Aksara Jawa. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Kedatangan ketua Puri Aksara Rajapatni ini untuk membuktikan kabar tentang Wiji, yang dikabarkan bahwa ia adalah ꦒꦸꦫꦸꦧꦲꦱꦗꦮ guru bahasa Jawa yang juga mengajarkan Aksara Jawa. Karena itulah Nanang berkunkung ke rumahnya. Apalagi Wiji bukan saja seorang guru bahasa Jawa dengan keahliannya dalam mentransformasi Aksara Jawa. Dia juga seorang pelukis dengan gaya surealis yang ekspresinya didasari oleh filosofi aksara Jawa.

Da Ta Sa Wa La menjadi ruh dalam lukisan. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Wiji Utomo mentransformasi ilmu Aksara Jawa melalui mengajar sebagai seorang guru dan melalui  ꦭꦸꦏꦶꦱꦤ꧀  lukisan sebagai seorang pelukis. Di ruang tamu sambil lesehan, Wiji menunjukkan karya karyanya. Yaitu berupa empat lukisan kanvas dan sejumlah lukisan di atas kertas. Wiji menunjukkan karya karya masterpiece nya itu kepada Nanang Purwono.

Puri Aksara Rajapatni adalah komunitas budaya yang khusus membidangi ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa baik melalui kegiatan edukasi belajar aksara Jawa, maupun pelatihan ketrampilan ekonomi kreatif.

Karyanya benar benar ꦱꦸꦫꦺꦪꦭꦶꦱ꧀ surealis. Dalam setiap hasil goresan, baik di atas kanvas maupun kertas, terselip Aksara Jawa. Hanacaraka. Hanacaraka menghidupinya karena dalam ꦲꦤꦕꦫꦏ Hanacaraka terdapat ruh. Ruh itulah yang menggerakkan motoriknya.

 

Aksara Jawa tidak hanya fisik, tapi mengandung nilai nilai filofofi. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Dalam lesehan santai itu, Wiji bercerita bahwa melukis adalah ꦥꦼꦔꦭꦩꦤ꧀ꦧꦠꦶꦤ꧀ pengalaman batin yang mistis tapi menghasilkan karya yang realistis dan ekonomis. Sering dalam pengalaman penciptaan ꦏꦂꦪꦱꦼꦤꦶ karya seni, sambil ia ngobrol bersama tamu atau rekan, tangannya dalam bawah sadar ikut bergerak menggoreskan ꦥꦺꦤ꧀ꦱꦶꦭ꧀ pensil di atas kertas. Itu pun tanpa ia sadari bahwa tangannya ikut menari.

Hasil hasilnya baik yang di atas ꦏꦼꦂꦠꦱ꧀ kertas maupun di atas kanvas, ia tunjukkan ke Rajapatni. Benar benar karya surealis yang di setiap karya muncul bayang bayang aksara Jawa.

“Aksara Jawa ini memberikan ruh di setiap karya” jelas Wiji.

Wiji ꦧꦼꦂꦕꦼꦫꦶꦠ bercerita bahwa ia mulai melukis pada 2015, yang mulanya di atas media kertas, lalu berganti media kanvas. Tetapi dia konsisten menggunakan aksara Jawa sebagai bagian utama dari karya karyanya. Baginya membuat ꦏꦂꦪꦭꦸꦏꦶꦱ꧀ karya lukis dengan nafas Aksara Jawa adalah upaya pelestarian Aksara Jawa dan juga nilai nilai luhurnya.

“Aksara Jawa ini tidak sekedar   ꦣꦶꦠꦸꦭꦶꦱ꧀  secara fisik tetapi juga dipelajari isinya. Karenanya di setiap lukisan saya ada ꦏꦂꦪꦭꦸꦏꦶꦱ꧀ dalam bentuk tulisan aksara Jawa. Di situ ada pesan leluhur”, terang Wiji.

Wiji menambahkan bahwa aksara Jawa ini juga bisa ꦩꦼꦁꦲꦱꦶꦭ꧀ꦏꦤ꧀ menghasilkan produk produk e-kraf seperti kaos dan lainnya. Ia lantas menunjukkan kasus yang ia kenakan yang bertuliskan aksara Jawa.

Pancaran sinar Aksara Jawa dalam karya seni lukis. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

“Dengan adanya komunitas budaya seperti Rajapatni, ini menjadi etalase baru dalam pelestarian Aksara Jawa bersama”, pungkasnya. (nanang PAR)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *