Halte Yang Berkelanjutan dan ꦩꦼꦤ꧀ꦱꦼꦗꦃꦠꦼꦫꦏꦤ꧀ Mensejahterakan

31 December 2023 | 56 kali
Fitur By : Nanang Purwono

Omahaksara.id: Surabaya (31/12/23) – Malam pergantian tahun, dari 2023 ke 2024, menjadi momen ꦆꦤ꧀ꦱ꧀ꦥꦶꦫꦠꦶꦥ꦳꧀ inspiratif yang ꦏꦺꦴꦤ꧀ꦱ꧀ꦠꦿꦸꦏ꧀ꦠꦶꦥ꦳꧀  konstruktif. Di saat kebanyakan warga kota berjubel di pusat kota berterompet ria, saya melaluinya di kesunyian Kampung Eropa Surabaya. Terlalu eksotis dilalui di malam pergantian tahun.

Halte Kalimas di malam hari. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Di bawah kokohnya halte pada waterfront Surabaya di jalan Jembatan Merah (d/h. Willem Kadestraat = Jalan Dermaga Willem) dengan deretan gedung gedung indah berarsitektur ꦏꦺꦴꦭꦺꦴꦤꦶꦪꦭ꧀ kolonial, kulewati moment tahun baru dengan menulis.

Menulis hal hal penting tentang kehidupan dan ꦥꦼꦩ꧀ꦧꦔꦸꦤꦤ꧀ pembangunan kota. Sebagian moment itu kuhabiskan dengan obrolan bersama pegiat budaya dan sosial Surabaya, Kusnan. 

Malam itu, Minggu 31 Desember 2023, obrolan berkisar pada rencana ꦫꦺꦮ꦳ꦶꦠꦭꦶꦱꦱꦶ revitalisasi Kawasan Kampung Eropa Surabaya. Salah satu spot di kawasan ini adalah pada bantaran sungai dimana terdapat bangunan halte yang berdiri memanjang di sepanjang waterfront di ꦗꦭꦤ꧀ꦗꦼꦩ꧀ꦧꦠꦤ꧀ꦩꦺꦫꦃ jalan Jembatan Merah.

Kusnan (kiri) dan penulis di Halte Kalimas. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Halte ini sekarang ditempati kedai kedai makanan minuman dan pedagang bunga segar. Relatif ramai, apalagi di malam hari. Tempat ini menjadi tongkrongan muda mudi menikmati indahnya ꦄꦂꦱꦶꦠꦺꦏ꧀ꦠꦸꦂꦏꦺꦴꦭꦺꦴꦤꦶꦪꦭ꧀ arsitektur kolonial. Juga menjadi starting dan finishing point mereka yang menikmati jelajah Kampung Eropa.

Ada kehidupan kultural, sosial dan ekonomi di tempat ini. Tempat ini juga menjadi objek dan tempat penelitian, edukasi, ilmu pengetahuan, budaya dan pariwisata sebagaimana tersebut dalam UU 11/2010 tentang ꦕꦒꦂꦧꦸꦣꦪ  Cagar Budaya.

Dalam rangka rencana ꦫꦺꦮ꦳ꦶꦠꦭꦶꦱꦱꦶ revitalisasi kawasan Kampung Eropa, tempat ini bisa lebih dikembangkan untuk memberikan nilai tambah.

Pada tahun 2015, saya sempat membawa tamu dari ICOMOS (International Committee on Monuments and Sites) dan sempat saya kenalkan ke Kepala Bappeko, yang kala itu dijabat oleh Imam Agus Sonhaji, sekarang duduk di Asisten II bidang ꦥꦼꦩ꧀ꦧꦔꦸꦤꦤ꧀   Pembangunan dan ꦥꦼꦂꦌꦏꦺꦴꦤꦺꦴꦩꦶꦪꦤ꧀ Perekonomian.

Halte Willemskade ini memiliki nilai penting untuk kawasan Kampung atau Kota Eropa Surabaya, yang tentunya harus bisa dimanfaatkan untuk hal hal yang lebih penting bagi kesejahteraan warganya tapi tetap memperhatikan ꦌꦱ꧀ꦠꦺꦠꦶꦏ estetika.

Berbicara tentang halte dan fungsinya dalam revitalisasi Kampung Eropa Surabaya, Kusnan berbagi cerita bahwa halte ini dalam perencanaannya akan dipakai sebagai tempat parkir ꦱꦼꦥꦺꦣꦮꦶꦱꦠ sepeda wisata di kawasan ini.

Diperbaiki hanya untuk parkiran sepeda. Sumber: ist-kus/omahaksara.id

“Coba bandingkan antara sebagai ꦥ꦳ꦸꦁꦱꦶ  fungsi parkir sepeda dengan sebagai fungsi edukasi, ilmu pengetahuan, penelitian, kebudayaan dan pariwisata. Memang fungsi parkir sepeda juga untuk menunjang pariwisata”, jelas ꦏꦸꦱ꧀ꦤꦤ꧀ Kusnan sambil menunjukkan desain halte yang akan datang.

Membandingkan antar keduanya: fungsi parkir sepeda dan fungsi sosial, ekonomi dan kultur, maka yang lebih ꦧꦼꦂꦩꦂꦠꦧꦠ꧀ bermartabat dan mensejahterakan adalah pilihan yang kedua.

“Ayo kita adu konsep antara yang direncanakan Pemerintah Kota dan konsep yang saya sampaikan ini. Biarlah publik menilai, mana yang lebih manusiawi antar dua gagasan ini”, imbuh Kusnan.

 

Konsep Waterfront

Surabaya ini kota yang sudah lama berkonsep waterfront. Fakta sejak era kolonial pun masih kentara di sekitar kita. Tinggal kondisinya dan asetnya di maksimalkan.

Kini tiba saatnya ketika pemerintah kota akan merevitalisasi kampung Eropa Surabaya. Seorang arsitek terkenal di dunia, H.P. Berlage, yang mendesain Gedung Singa, mengatakan bahwa Surabaya itu ꦫꦺꦴꦠ꧀ꦠꦺꦂꦣꦩ꧀ꦚ  Rotterdamnya Jawa.

Bekas pintu gerbang kota di bagian selatan. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

“Surabaya is the Rotterdam of Java”, kata Berlage dalam ꦕꦠꦠꦤ꧀ catatan hariannya yang dibukukan menjadi judul “Mijn Indische Reis” (1923).

Bagian itu tidak lain adalah kawasan berhalte di depan deretan gedung gedung megah nan indah.

“Kawasan indah ini harus bisa menjadi tempat bagi publik menikmati ꦥꦼꦩꦤ꧀ꦝꦔꦤ꧀ pemandangan peradaban kota. Mereka bisa duduk di sini sambil makan dan melihat keindahan bangunan dan Sungai Kalimas”, tambah Kusnan dalam diskusi dengan Nanang Purwono.

Pengunjung makan sambil menikmati pemandangan gedung gedung kolonial. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Jadi revitalisasi spot ini saja akan bisa merubah pandangan secara umum tentang kota tua. 

“Jadi saya setuju dengan pendapat mas Nanang ketika membandingkan dengan waterfront di ꦧꦼꦭꦤ꧀ꦝ Belanda. Hanya ruas sungai di depan sederet gedung gedung itu ditata dengan maksimal sehingga sungai menjadi atraksi kawasan ini”, imbuh Kusnan optimis bahwa fokus pada spot ini akan membingkai pandangan publik tentang Kota Eropa. (nanang PAR)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *