Aksara Jawa dan  ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦼꦥꦁ Aksara Jepang Sederajat.

20 January 2024 | 243 kali
Fitur By : Nanang Purwono

Omahaksara.id: Surabaya (20/1/24) – Memasuki wilayah RW 5 ꦮꦶꦱ꧀ꦩꦏꦼꦣꦸꦁꦄꦱꦺꦩ꧀ꦆꦤ꧀ꦝꦃ Wisma Kedung Asem Indah, Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya ada yang istimewa. Pohon buah naga tumbuh lebat menjadi pagar alami komplek Balai RW, yang terdiri dari Pendopo Pokja FKPM, taman indah, asri penuh dengan pohon buah dan bangunan gazebo tradisional serta kolam kolam ikan.

Satu komplek, yang menjadi perpaduan serasi alam dan budaya Jawa ini, jadir melalui proses panjang sejak dari lahan liar menjadi taman yang bersinar. Bersinar memberi ruang harapan masa depan. Taman RW 5 Wisma Kedung Asem tidak semalam jadi seperti pembangunan ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦫꦫꦗꦺꦴꦁꦒꦿꦁ Candi Roro Jonggrang.

Spanduk selamat datang di RW 5 Kedung Asem Surabaya. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Keistimewaan lain di komplek ini adalah adanya tampilan serasi Aksara Jawa dan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦚ꧀ꦗꦶꦗꦼꦥꦁ Aksara Kanji Jepang. Seiring dengan semangat membumikan Aksara Jawa di Surabaya, RW 5 Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya telah mengawali menghiasi lingkungannya dengan Aksara Jawa yang bersanding dengan Aksara Kanji Jepang.

Ketua RW 5 Didik (kanan) ditemui di kediamannya saat memproduksi batik ecoprint Namira. AH Thony (kedua dari kanan). Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Menurut Ketua RW 5 Kelurahan Kedung Baruk, Didik, penulisan Aksara Jawa dan Aksara Kanji Jepang ini terinspirasi dari kunjungan budaya Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A. Hermas Thony dan Wakil Konsul Jenderal Jepang di Surabaya Ishii pada bulan September 2023 lalu. Baginya kunjungan ini bagai sebuah ꦫꦺꦏꦺꦴꦤ꧀ꦱꦶꦭꦶꦪꦱꦶꦧꦸꦣꦪ rekonsiliasi budaya antara Jawa Indonesia dan Jepang.

Di ruang gazebo, ruang diskusi yang ramah lingkungan dan tradisi. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Sementara itu, menurut Wakil Ketua Konjen Jepang di Surabaya bahwa ꦩꦱꦾꦫꦏꦠ꧀ꦗꦼꦥꦁ masyarakat Jepang sudah berada di Surabaya pada akhir abad 19. Masyarakat Jepang turut mengiringi perkembangan peradaban kota Surabaya. Ishi menunjukkan bahwa di beberapa kawasan di Surabaya sudah bertebaran toko, tempat perkumpulan dan perusahaan Jepang di Surabaya.

Menyadari fakta sejarah itu, Didik memvisualkan kedua kultur budaya Jawa dan Jepang melalui simbol simbol Aksara. Budaya Jawa diwakili dengan Aksara Jawa. Sedangkan budaya Jepang diwakili dengan Aksara Jepang, Kanji. Kedua simbol budaya ini disematkan pada Taman RW 5 yang sudah menjadi wadah berkegiatan warga. Diantaranya menjadi ruang belajar ꦏꦫꦮꦶꦠꦤ꧀ karawitan, seni musik Angklung dan bahasa Inggris.

Beraksara Jawa dan Jepang. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

“Kami juga sudah merencanakan ada kegiatan belajar menulis dan membaca Aksara Jawa dengan komunitas Aksara Jawa, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni”, jelas Didik di kediamannya di Wisma Kedung Asem Indah pada Jumat sore (19/1/24).

Pada kesempatan itu, A. Hermas Thony, yang juga sebagai tokoh penggerak budaya Surabaya menyambut gembira penggunaan Aksara Jawa yang disandingkan dengan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦼꦥꦁ Aksara Jepang.

“Ini sebuah rekonsiliasi budaya yang apik antara Aksara Jawa dan Jepang. Kedua simbol budaya ini menjadi simbol semangat kejuangan dalam menguatkan masing masing identitas. Kedua simbol ini salah satunya mendukung dalam bereksistensi di era modern”, jelas Thony.

AH Thony beserta tim di depan gedung Balai RW 5. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

ꦮꦏꦶꦭ꧀ꦏꦼꦠꦸꦮꦏꦺꦴꦚ꧀ꦗꦺꦤ꧀ꦗꦼꦥꦁ Wakil Ketua Konjen Jepang melalui pesan Whatsapp menyampaikan bahwa penampilan kedua aksara ini cukup menarik.

“Perbandingan huruf (aksara) itu membuat imajinasi”, tambah Ishii singkat.

Didik menyampaikan bahwa Taman RW nya sudah siap menyambut kunjungan tamu tamu mancanegara yang akan datang ke ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya menggunakan kapal pesiar. Karenanya dalam rangka menyambut wisatawan mancanegara, dirinya dan perangkat RW serta masyarakat sudah berlatih seni budaya di lingkungan Balai RW.

Ruang Koperasi beraksara Jawa. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

“Lingkungan alam dan seni budaya Jawa sudah melengkapi RW dan menjadi sarana berlatih warga. Kami juga sudah ada kegiatan belajar Bahasa Inggris. Nah, saatnya kami akan ada kegiatan belajar Aksara Jawa. ꦥꦼꦤꦸꦭꦶꦱꦤ꧀ Penulisan Aksara Jawa sudah kami kerjakan dan sudah menghiasi lingkungan Balai RW kami”, papar Didik.

Rumah kompos dalam Aksara Jawa. Foto: nanang PAR/omahaksara.id

Aksara Jawa, Aksara Jepang dan Aksara Latin sudah menghiasi lingkungan Taman RW 5 di Kedung Asem. Ada penulisan “Sugeng Rawuh”, “Pendopo Pokja FKPM”, “Group Seni Campursari”, “Koperasi”, Rumah Kompos”, “Gazebo” dan “Balai Warga Rukun 5”.

Melalui ꦱꦶꦩ꧀ꦧꦺꦴꦭ꧀ꦱꦶꦩ꧀ꦧꦺꦴꦭ꧀ꦧꦸꦣꦪ simbol simbol budaya ini, Ketua RW 5 Kelurahan Kedung Baruk berharap kota Surabaya tetap memiliki identitas lokal yang bisa bersumbangsih kepada identitas nasional dan layak serta bangga bersanding dengan negara negara lain. Kerenanya di Taman ini ada representasi bahasa Jepang, Korea, Belanda, Perancis dan Inggris, selain Jawa dan Indonesia. (nanang PAR).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *