Puri Aksara Rajapatni dan Nol Sampah Jajaki ꦏꦺꦴꦭꦧꦺꦴꦫꦱꦶ Kolaborasi Budaya dan Lingkungan.

20 January 2024 | 120 kali
Fitur By : Nanang Purwono

Omahaksara.id: Surabaya (20/1/24) – Semakin hari, masyarakat semakin konsumtif untuk kebutuhan sehari hari. Mereka tidak hanya membeli barang, tetapi juga makanan dan minuman baik di pasar swalayan, tradisional dan bahkan warung warung. Makanan dan minuman itu berbungkus dan berplastik. Akibatnya setiap hari semakin banyak ꦱꦩ꧀ꦥꦃ sampah yang dihasilkan.

ꦱꦩ꧀ꦥꦃ Sampah adalah hasil dari kebiasaan manusia yang belum ramah lingkungan. Ada perilaku ramah lingkungan jika mau menerapkan. Yaitu 3 R: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (mendaur ulang). 

 Bahkan sudah ada metode 5R untuk bisa zero waste. Yaitu adalah 5R, yaitu Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang) dan Rot (membusukkan sampah). 5R ini menjadi pegangan untuk membentuk gaya hidup ꦠꦤ꧀ꦥꦱꦩ꧀ꦥꦃ tanpa sampah dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.

Toko toko ꦱ꧀ꦮꦭꦪꦤ꧀ swalayan di Surabaya seperti Indomaret dan Alfamart sudah tidak memberikan tas plastik kepada pelanggan. Ini adalah upaya untuk mengurangi. Akibatnya pelanggan bawa tas sendiri dari rumah. Hal serupa sudah menjadi kebiasaan di negara lain seperti Jepang dan Kanada.

Bagaimana dengan kota Surabaya. Kampanye bebas dari sampah (zero waste) tengah berjalan di Surabaya. Zero waste atau bebas sampah adalah sebuah konsep yang mengajak kita untuk menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah. Tujuannya adalah agar sampah tidak berakhir di TPA, menjaga sumber daya dan ꦩꦼꦊꦱ꧀ꦠꦫꦶꦏꦤ꧀ꦄꦭꦩ꧀ melestarikan alam.

Koordinator ꦤꦺꦴꦭ꧀ꦱꦩ꧀ꦥꦃꦯꦸꦫꦨꦪ Nol Sampah Surabaya, Wawan Some, optimis Surabaya bisa bebas dari sampah selama manusia bisa memiliki budaya ramah lingkungan dalam memperlakukan sampah dan potensi sampah.

Untuk memasyarakatkan zero sampah, sebuah ajang lomba bergengsi ꦏꦩ꧀ꦥꦸꦁꦯꦸꦫꦨꦪꦲꦺꦧꦠ꧀ “Kampung Surabaya Hebat” tengah dipersiapkan untuk tahun 2024. Kampung Surabaya Hebat merupakan program yang diluncurkan Pemerintah Kota Surabaya dan merupakan  gabungan antara kompetisi berbasis lingkungan, Surabaya Green and Clean (SGC) dan Merdeka dari Sampah (MDS).

Wawan Some, ketika bertemu dengan tokoh penggerek budaya A. Hermas Thony dan Komunitas budaya ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni pada Jumat siang (19/1/24) mengatakan betapa pentingnya memasukkan unsur budaya dalam konsep penilaian lomba Kampung Surabaya Hebat.

Tokoh penggerak budaya A. Hermas Thony melihat penting adanya unsur budaya dalam konsep penilaian ꦏꦩ꧀ꦥꦸꦁꦯꦸꦫꦨꦪꦲꦺꦧꦠ꧀ Kampung Surabaya Hebat.

ꦏꦼꦗꦸꦮꦔꦤ꧀ “Kejuangan itu adalah bagian dari kebudayaan. Jangan dipandang kejuangan itu adalah memanggul senjata seperti pada masa 1945. Ibu hamil merawat kehamilannya adalah wujud kejuangan agar nantinya bayi yang dilahirkan menjadi bayu super”, terang Thony.

Selain merawat ꦏꦼꦲꦩꦶꦭꦤ꧀ kehamilan, siswa belajar dengan sungguh sungguh adalah kejuangan juga supaya lulus dengan nilai yang bagus dan dapat merebut peluang untuk melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

ꦏꦼꦗꦸꦮꦔꦤ꧀ Kejuangan adalah universal dan karenanya kejuangan harus ditanamkan ke generasi penerus.

“Surabaya itu memiliki bonus demografi yang luar biasa. Kalau mereka bisa berkarya akan luar biasa. Tapi kalau mereka nganggur, kita akan binasa”, sindir Thony.

Menitipkan nilai budaya ke generasi penerus melalui ajang lomba ꦏꦩ꧀ꦥꦸꦁꦯꦸꦫꦨꦪꦲꦺꦧꦠ꧀ Kampung Surabaya Hebat adalah satu sarana yang tepat. Ketua Puri Aksara Rajapatni Nanang Purwono menggagas adanya penyertaan Aksara Jawa sebagai unsur budaya. Aksara Jawa tidak sekedar fisik goresan, tetapi ada nilai nilai luhur dan unggah ungguh.

“Ada nilai nilai luhur yang perlu ditanamkan melalui aktivitas ꦭꦺꦴꦩ꧀ꦧ lomba ini dan itu bisa menjadi dari unsur penilaian. Jadi selain ada penilaian tentang nilai lingkungan, nilai pendidikan dan juga ada nilai budaya”, pungkas Nanang.

Karenanya ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dan Nol Sampah akan melihat kampung kampung yang pernah menyabet ajang bergengsi dari Kota Surabaya ini.

Sementara itu, menurut ꦮꦮꦤ꧀ Wawan ada tiga kampung yang bisa dikunjungi dan disiapkan dengan nilai nilai budaya, yaitu penggunaan Aksara Jawa. 

“Ketiga kampung ini adalah Wismaꦩꦁꦒꦭ Manggala Balas klumprik (kampung Surabaya hebat), Sambiarum Kampung Iklim Lestari (juara SSC 2020) dan Banjarsugihan”, pungkas Wawan. (nanang PAR)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *