Aksara Jawa Dalam Laman ꦆꦤ꧀ꦱ꧀ꦠꦤ꧀ꦱꦶ Instansi Pemkot Surabaya.
2 February 2024 | 133 kali
Fitur By : Nanang Purwono
Omahaksara.id: Surabaya (2/2/24) – Aksara Jawa sebagai bagian dari ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Aksara Nusantara diharapkan bisa berkembang sebagai jati diri bangsa di tengah tengah pergaulan global. Bahasa dan Aksara seharusnya bagai sekeping mata uang logam dengan dua sisi. Di satu sisi menunjukkan nominal. Sisi lainnya menampilkan gambar.
Demikian pula dengan karya ꦧꦸꦣꦪꦊꦭꦸꦲꦸꦂ budaya leluhur bahasa dan aksara, dimana pada satu sisi adalah bahasa dan disisi lain adalah aksara. Berbanggalah suatu bangsa yang memiliki bahasa dan aksara. Tidak semua bangsa memiliki aksara. Misalnya bangsa Inggris, dia memiliki bahasa tetapi tidak memiliki aksara. Kalau dia berargumen, dia mengatakan aksaranya ya latin.Yaitu huruf A, B, C sampai Z.
Huruf atau aksara latin bukan aksara lokal bagi Jawa dan Indonesia. Aksara lokal untuk Jawa adalah ꦕꦫꦏꦤ꧀ Carakan atau Hanacaraka. Carakan adalah salah satu Aksara Nusantara, yang terdiri dari, diantaranya, Aksara Bali, Sunda, Lampung, Batak dan Lontara.
Kondisi Aksara Nusantara, termasuk Jawa, kecuali Bali, saat ini seolah dalam kondisi mati suri. Kini, sejak Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, melalui Surat Edaran Sekda Kota Surabaya, tertanggal 19 September 2023, menginstruksikan penggunaan Aksara Jawa untuk penamaan nama nama kantor di lingkungan pemerintahan kota ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya, Aksara Jawa mulai hidup kembali.
Hidupnya Aksara Jawa di Surabaya ditandai dengan penggunaan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa di kantor kantor Pemerintah Kota Surabaya, mulai dari Balai Kota, Dinas Dinas, Kecamatan hingga Kelurahan. Selain itu, ada yang secara mandiri menggunakan Aksara Jawa untuk brand dagangnya.
Aksara Jawa Digunakan Dalam Laman Dispusip.
Seiring dalam giat membumikan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa di Surabaya, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) kota Surabaya mulai menginisiasi menggunakan Aksara Jawa dalam laman resminya, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya. Selain itu juga ada laman E Arsip Kota Surabaya dan Sistem Informasi Perpustakaan (Sipus).
Dengan demikian, ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa tidak sekedar dekoratif, tetapi sudah mulai digunakan lagi sebagai media dalam berbagi informasi dalam keseharian. Aksara Jawa mulai kembali pada fungsinya seperti dulu meski tidak 100 persen. Setidaknya Aksara Jawa mulai terlihat lagi diantara kesibukan sehari hari. Di luar gedung perkantoran, Aksara Jawa terpampang sebagai signage, di dalam kantor dalam sistem informasi alat kerja, Aksara Jawa senantiasa muncul pada laman institusi.
Selama ini ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa dalam sistem informasi digital ini, secara konstruktif, mulai ada di lingkungan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya. Seiring dengan upaya bersama membumikan Aksara Jawa di Kota Surabaya, maka akan semakin masif bila berbagai institusi di lingkungan Pemerintahan Kota Surabaya juga menerapkan apa yang selama ini telah dilakukan oleh Dispusip Kota Surabaya. Sehingga secara manual dan digital, Aksara Jawa hadir secara luwes dan fleksibel.
Aksara Jawa memang fleksibel. Selain bisa ditulis sebagai simbol bahasa Jawa, keberadaannya juga sudah bisa digunakan untuk Bahasa Indonesia. Bahkan di Bali, Bahasa Inggris bisa ditulis dalam Aksara Bali. Misalnya Welcome to Bali ditulis berdasarkan bunyi (voice based) sehingga berbunyi “Welkam tu Bali”. Dalam aksara Jawa bisa ditulis ꦮꦺꦭ꧀ꦏꦼꦩ꧀ꦠꦸꦧꦭꦶ. (nanang PAR).