Dam square (Amsterdam), Grand Place (Brussels) dan Willemsplein (Soerabaia). Ada Apa?
2 April 2024 | 88 kali
Fitur By : Nanang Purwono
Omahaksara.id: Surabaya (2/4/24) – Kota Lama Surabaya, termasuk Kampung Eropanya, secara fisik masih menunjukkan rapinya sebuah tata kota. Kawasan ini sudah lama menjadi jujugan ꦥꦫꦶꦮꦶꦱꦠ pariwisata. Namun sejauh ini pula belum dikonsep secara utuh sebagai tempat tujuan wisata.
Selama ini kunjungan ꦮꦶꦱꦠꦮꦤ꧀ wisatawan, baik individu maupun kelompok ke Kampung Eropa, masih bersifat parsial. Mereka berkunjung ke Jembatan Merah saja atau ke spot lainnya, yang tidak menarasikan keberadaan sebuah kota, yang konsepnya diusung dari Eropa. Padahal jejak kota, yang bergaya Eropa itu, masih bisa diamati.
Di sekitar ꦠꦩꦤ꧀ꦱꦼꦗꦫꦃ Taman Sejarah (dahulu bernama Willemsplein = Taman / Alun Alun Willem) adalah pusat kota Surabaya dengan Balai Kota di sisi Timur (sekarang sudah tiada) dan Gereja Kristen Protestan (di sebelah barat) yang juga sudah tiada.
Sebuah tata ruang Alun Alun Eropa Surabaya ini (Willemsplein) mengingatkan pada Alun alun di ꦄꦩ꧀ꦱ꧀ꦠꦺꦂꦣꦩ꧀ Amsterdam, yang bernama Dam square dan Alun alun di kota tua Brussels, Grand Place. Mereka memiliki kemiripan konsep tapi Surabaya jauh lebih kecil ukurannya.
Kawasan Alun alun di kedua tempat itu: Amsterdam dan Brussels, masih terjaga dengan baik dan menjadi jujugan wisatawan dunia yang sangat ramai. ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya bisa bermimpi menata kawasannya seperti itu. Tapi penataan harus dikonsep dengan baik dan benar serta visioner berdasarkan latar belakang sejarah dan fakta. Tidak sekedar mempercantik fisik saja.
Wisatawan yang datang ke ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya perlu diedukasi dengan baik sehingga mereka bisa mendapat kesan dan kenangan yang baik. Secara historis, Surabaya memiliki aset budaya yang bisa dibanggakan kepada wisatawan. Aset kultural historis itu adalah Aksara Jawa, yang bisa memberi banyak cerita. Filosofi Jawa ada pada Aksara Jawa.
Ketika kawasan Kampung Eropa menjadi wadah pariwisata kota Surabaya, maka di tempat itu mereka bisa belajar tentang Surabaya. Salah satunya adalah tentang sejarah Aksara Jawa. Di kawasan ini ada plaza, di bekas ꦄꦭꦸꦤ꧀ꦄꦭꦸꦤ꧀ꦏꦺꦴꦠ Alun alun kota, yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang kelas terbuka selama Guiding dan berbagi cerita tentang sejarah Surabaya.
Hal yang sama, dalam hal menggunakan ruang terbuka untuk berbag iꦕꦼꦫꦶꦠ cerita, juga dilakukan pelaku wisata edukasi di kota tua Nijmegen di Belanda. Di ruang terbuka seperti ini, pemandu bisa menggambarkan sejarah kawasan. Surabaya sangat memiliki potensi untuk ini.
Daya Tarik Aksara Jawa
Aksara Jawa memiliki daya tarik. Tidak hanya fisiknya yang kaya goresan lekuk, tetapi riwayat nya dapat mendukung sejarah kehadiran bangsa Eropa di Nusantara pada abad 17 dan 18. Salah satu spot, yang sudah pernah dikunjungi oleh wisatawan mancanegara negara yang datang dengan kapal pesiar baru baru ini adalah ꦠꦩꦤ꧀ꦄꦥ꧀ꦱꦫꦶ Taman Apsari dengan signage beraksara Jawa. Di sana mereka belajar budaya literasi.
Di kawasan Kota Eropa juga memiliki ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan edukatif bagi publik, khususnya wisatawan. Dengan menggunakan obyek ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa sebagai signage di kawasan itu, maka hal itu dapat menunjang atraksi edukatif yang tidak hanya bagi wisatawan mancanegara negara tetapi bagi warga kota sendiri.
Warga atau wisatawan asing tidak heran dan bahkan tidak tertarik lagi dengan Aksara Latin, terapi jika mereka disuguhi Aksara Jawa, mereka akan mendapatkan sesuatu yang berbeda. Dan ini sekaligus menjadi kebanggaan kita semua. Maka pemanfaatan Aksara Jawa di kawasan kota lama akan menjadi upaya efektif melestarikan budaya ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa. (nanang)